Indahnya Susan , Nikmatnya Tante Betty
Suasana rumah Tante Betty petang itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda motor milik Randy dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki garasi. Randy dan kakaknya, Susan, berlibur di rumah Tante Betty untuk mengisi liburan kenaikan kelas. Tante Betty sebagai wanita karier sering merasa kesepian karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak pertama dan keduanya itu.

Susan baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Susan sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat saja. Tapi Susan juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas.

Pintu kamar Susan tiba-tiba saja terbuka. Kepala Randy muncul dari balik pintu sambil tersenyum.
"Baru datang, Kak?", tanya Randy sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang berganti pakaian. Randy berjalan acuh tak acuh.
"Iya..", jawab Susan singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.
"Kok, lesu gitu.., Kenapa?", Randy yang baru kelas dua SMP itu menghampiri Susan. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Susan hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. Randy pun akhirnya memperhatikan sepupunya tersebut. Susan memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang kalau Susan bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi tubuh Susan. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar mandi.

"Sret..", Sepersekian detik posisi tangan Susan bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal demikian Randy jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Randy agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.

Karena dorongan hasratnya, Randy memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Susan. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Susan semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di hadapan Randy. Posisi demikian membuat Randy bisa merangkul Susan dengan leluasa dari belakang.
"Kamu cantik deh.., malam ini..", ucap Randy tanpa sadar. Susan pun hanya diam saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.

Randy kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Susan. Gadis yang merasa sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Randy. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon Susan ini membuat Randy berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Susan hanya memejamkan mata saja. Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Randy semakin tidak menentu. Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Susan. Perlahan ia mulai meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.

Susan pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga membiarkan telapak tangan Randy membelai-belai buah dadanya yang memang tidak memakai beha. Belaian Randy pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Susan sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan kasih sayang sepupunya tersebut.

Randy pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Susan sambil memasukkan tangannya ke dalam daster Susan. Perasaan Susan menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan Randy terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Randy, namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Randy.
"Ran, mmh.., udah ah.., aku kegelian", akhirnya Susan berusaha menyudahi aktivitas itu.
"Ah, aku kan sayang sama kamu", sahut Randy sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh sepupunya. "Engh, badanku jadi lemas semua nih", tanpa sadar Susan berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.

Randy tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Susan. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam sepupunya. Bulu-bulu halus di kemaluan Susan pun terasa di telapak tangan Randy. Iapun menyentuh bibir vagina sepupunya itu. Susan menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Kemaluannya sudah mulai berdenyut-denyut.

Randy secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Susan. Kemaluannya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya. Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada sepupunya tersebut.

"Ran.., ngmhhnghh.., udah dong.., sshh", ucap Susan ketika sekilas kesadarannya datang. Namun Randy sudak asyik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Susan terpejam dan tangannya membelai kepala Randy, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.

Randy akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya tersebut. Susan sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana dalamnya terlepas. Randy pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai batang penisnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Susan dengan perlahan. Kemualuannya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Susan. "Sleep!", Setengah detik kemudian kemaluan Randy mulai memasuki liang vagina Susan. Terasa hangat dan empuk. Sesaat Susan seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun kesadarannya langsung hilang ketika Randy mulai menggerakan pinggangnya naik turun.

Napas Randy semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh sepupunya yang mulus itu. Buah dada Susan bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Randy terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja. Kesadaran Susan pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Kemaluannya berdenyut-denyut ketika penis sepupunya terus bergerak dalam liang kemaluannya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.

"Ran.., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh", rintih Susan dalam kenikmatan.
Desahan Susan membuat nafsu Randy semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa gadis yang sedang ia setubuhi adalah kakak sepupunya sendiri. Konsentrasi Randy hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Susan. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.

"Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh", Susan mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi. Randy semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Randy merasa kemaluannya seperti akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Susan masih terus memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.
"Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh", Susan mendesah-desah. Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat.

Tiba-tiba Randy menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Susan pun memeluk tubuh Randy tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.

Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Betty dari balik pintu. Tante Betty benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Betty melihat keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat dua ponakannya tertidur lelap.

Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Susan. Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh gadisnya yang sintal dengan buah dada yang ranum membuatnya tersadar bahwa Susan memang mungkin sudah saatnya dewasa. Benar-benar kesalahanku, keluhnya.

Randy yang merasa ada orang datang mulai terbangun. Kelopak matanya terbuka perlahan dan tampak tantenya memakai daster biru membelakanginya. Lekuk tubuh tantenya tampak indah dalam keremangan kamar. Dalam keadaan setengah sadar, ia masih merasakan kenikmatan yang baru saja dilaluinya bersama Susan. Tak terasa beberapa saat kemaluannya menegang kembali.

Kebutuhan yang mulai mendesak itu membuat Randy mulai salah tingkah. Tiba-tiba saja ia ingin menyentuh tubuh tantenya yang berada di hadapannya. Apalagi lekuk tubuh tantenya terlihat sangat indah. Namun ia sangat takut apabila tantenya marah. Maka iapun berpura-pura tidur dan memejamkan mata. Dalam keadaan yang mulai birahi kembali Randy memutar otaknya agar dorongannya tersebut terpuaskan. Maka dengan pura-pura dalam keadaan tidur Randy menggerakan badannya untuk dapat memeluk tubuh tantenya.

Tante Betty yang merasa tubuh Randy bergerak segara membalikkan badan dan memeluk tubuh Randy. Buah dadanya yang hanya dibalut daster biru terasa menyentuh bagian muka Randy. Tante Betty pun mulai membelai kepala Randy dengan penuh kelembutan. Diperhatikan ponakan laki-lakinya dari atas kepala dan turun ke bawah. Pasti banyak yang naksir, ucap tante Betty dalam hati melihat kepolosan wajah ponakannya itu.

Tiba-tiba wajah Tante Betty memerah. Tak sengaja matanya menyapu penis Randy yang agak menegang. Ia berusaha menenangkan diri bahwa yang dihadapannya adalah keponakannya sendiri. Namun jantungnya semakin berdebar-debar. Apalagi diusia yang telah memasuki usia tiga puluh tahun ini ia belum pernah disentuh laki-laki. Kebutuhan seksualnya selama ini ia alihkan dengan menyibukkan diri pada pekerjaan. Sebagai wanita matang, selama ini ia belum pernah melihat tubuh laki-laki dewasa dalam keadaan telanjang. Tubuh Randy pun juga mulai mekar di usia enam belas tahun itu. Tiba-tiba kepala tante Betty terasa agak berkunang-kunang.

Tanpa sadar tangan Tante Betty mulai bergerak mendekati batang penis Randy. Dengan perlahan-lahan agar Randy tidak terbangun, Tante Betty mulai menyentuh batang penis Randy. Terasa hangat dan agak keras. Dibelai-belai batang penis itu dengan penuh kelembutan. Ia membayangkan andai saja batang penis itu mendesak-desak di lubang kemaluannya. Matanya mulai terpejam. Tanpa sadar tangannya yang sebelah meremas buah dadanya sendiri. Terasa ada cairan hangat mengalir di dalam kemaluannya. Mau tidak mau Tante Betty mengakui bahwa ia mulai terangsang setelah menyentuh batang penis Ponakannya.

Tiba-tiba saja tangan Randy bergerak. Rasa kaget itu membuat Tante Betty menghentikan sentuhannya. Ia memejamkan mata sambil berbaring dalam keadaan memeluk ponakannya. Harapannya adalah Randy menganggapnya tidur.

Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap penisnya, Randy menjadi berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah dada yang lebih besar dari kepunyaan Susan. Tampak pula tonjolan mungil puting Tante Betty yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Randy sudah tidak sabar. Ia langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada tantenya pun mulai terasa mengeras.

Tante Betty kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu. Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Betty. Ia menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.

Akhirnya dengan pasrah, Tante Betty tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan lidah Randy pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai menikmati sepenuhnya ketika kuluman Randy disertai gigitan kecil. Tante Betty pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.

"Ssshh..", tanpa sadar Tante Betty mendesah penuh kenikmatan saat Randy mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.

Randy tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Betty sambil terus mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Betty. Dijilatinya seluruh tubuh tantenya.

"Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh", Tante Betty mendesah tanpa mampu menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh kemesraan.

Napas Randy mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Betty. Pemandangan bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Randy semakin bernafsu. Diarahkan batang penisnya ke dalam selangkangan tante Betty.

"Sleep!", Batang Penisnya pun telah masuk ke dalam lubang kemaluan tantenya. Tante Betty merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Randy. Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.

"Aahh.., esshh.., ahh", Tante Betty mulai mengerang kenikmatan. Ia pun memegangi pantat Randy untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara desahan-desahan Susan pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya dalam keadaan telanjang ditindih oleh Randy. Dilihatnya Randy dengan penuh nafsu menyetubuhi Tante Betty. Susan pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru merepon dengan desahan-desahan. Tangan Randy memegangi paha Tante Betty dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini membuat Susan mulai terangsang.

Tanpa sadar Susan mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Betty. Tante Betty pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi. Randy sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya.

"Eng.., ssh.., nikmat.., Ran", desah Susan sambil disela-sela ciumannya dengan Tante Betty. Penis Randy terasa semakin tersedot-sedot. Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan Penis Randy memasuki liang vagina Tante Betty.

Susan semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. Vaginanya pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu. Kepala Susan kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya meremas-remas buah dada tantenya.

"Enghss.., enghh.., terusshhin.., engshh", Tante Betty semakin merasa terbang di awang-awang. Gerakan Randy membuat vaginanya terasa sangat nikmat. Jilatan lidah Susan pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi. Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan Randy. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Randy. Gerakan maju-mundur Randy diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante Betty. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Betty semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Randy sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Betty menegang dan vaginanya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan.

"Ran.., ganti aku aja.., Tante udah lemas tuh", ucap Susan tanpa malu-malu. Ia segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuh. Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.

Randy pun menarik penis dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu. Diarahkannya batang kemaluannya itu ke arah lubang kemaluan Susan yang telah mengangkang itu. "Sleep!", Penisnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuh sepupunya itu.

Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Randy menciumi buah dada Susan sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Susan melingkarkan tangannya pada punggung Randy.

"Enghh terusshh.., Ran.., masukin terus.., enggsshh", desah Susan sambil matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Randy menarik tubuh Susan agar duduk di atas pinggang Randy. Posisi ini semakin membuat penis Randy lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangan Randy memegangi pantat sepupunya itu. Susan juga merasa vaginanya terisi lebih penuh oleh batang kemaluan Randy.

Randy semakin merasa penisnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Susan yang berada di atas tubuh Randy mulai menggerakkan bandannya. Keduanya telah larut dalam gerakan berirama. Randy semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan sepupunya. Susan pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang pinggangnya.

"Enghh.., terus.., Ran.., Enghh enaahkk", mata Susan terpejam dan bibirnya mendesah. Randy terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Susan pun menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang tak tertahankan. Vaginanya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan penis sepupunya itu.

"Lebihh kerashh.., enghh lagi", Susan merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang

Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Betty. Saat makan pagi, tante Betty tampak berusaha bersikap santai.
"Ran, kamu mau kemana hari ini", tanya Tante Betty sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span abu-abu.
"Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru", ucap Randy sambil berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Betty mengingat apa yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Betty lapor ke mamanya. Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.
"Kalau gitu ini buat beli novelnya", ucap Tante Betty sambil menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan. Randy pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran. Dilihatnya Tante Betty mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.
"Makasih ya, Tante", ucap Randy sambil menyorongkan badannya memeluk Tante Betty, Merekapun berangkulan erat.
Tiba-tiba Tante Betty berbisik", Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa ya, Ran".
"Iya, Tante". Kemaluan Randy terasa mengeras.
"Terus kalau Randy takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya", ucap Tante Betty dengan nada datar. Ia tidak mau Randy menangkap keinginannya. Namun bagi Randy kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.

Randy pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Betty tampak agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Betty. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Betty sempat gelagapan dengan apa yang dilakukan oleh Randy. Ia tidak mengira Randy sudah berani terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Randy membuka kancing blusnya. Tangan Randy segera menyisihkan BH dan meremasi buah dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.

"Sudah, Ran. Tante mau ke kantor", ucap Tante Betty sambil berpura-pura tidak mau. Namun tampaknya Randy tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Betty dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu hingga celana dalam tante Betty terlihat. Tangan Randy pun mulai menggerayangi sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.

"Ash.., neghh, udah, Ran", desah Tante Betty. Ia tidak ingin terlambat. Tender proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Betty. Namun apa yang dilakukan ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan segera menurunkan celana dalamnya.
"Udah, Ran dari belakang aja", ucap Tante Betty sunguh-sungguh. Rani, teman kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak terlambat ke kantor.

Kesempatan itu tidak disia-siakan Randy. Dipelorotkannya celana pendeknya. Batang penisnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya penisnya ke vagina Tante Betty. "Slepp!", Penis Randy mulai memasuki lubang kemaluan Tante Betty. Lututnya seperti hampir copot ketika penis itu masuk ke dalam lubang vagina Tante Betty. Tante Betty juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.

"Eenghh.., nikmat, terusshh", desah Tante Betty sambil memejamkan mata. Randy memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Tante Betty. Penisnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Betty yang ranum menggantung.

Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Betty sudah tertelungkup di sandaran sofa dan Randy menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin membuat ia lupa urusan kantornya.
"Terusshh, Ran.., enakk", desah Tante Betty.

Beberapa saat kemudian Randy mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante Betty namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil penisnya disorongkan secara mendalam ke lubang kemaluan Tante Betty. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. "Cret.., cret.., cret", sperma Randy membasahi lubang kemaluan Tante Betty. Ia kemudian menarik penisnya dan segera menjatuhkan badannya ke sofa.

Tante Betty segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling membutuhkan. Tante Betty pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi melihat Randy sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu memberikan kepuasan seksualnya.

"Udah, ya Tante ke kantor dulu", ucap Tante Betty sambil mendekati Randy. Mereka berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding, Tante Betty segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang. Randy pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.

TAMAT
Adikku Dina ......
Pada waktu sore rumah sedang kosong; bonyok lagi pergi dan kebetulan pembantu juga lagi nggak ada. Adek gua lagi pergi. Gua nyewa VCD bokep xxx dan x2. Gua seneng bgt, karena gak gangguan pas lagi nonton. Cerita x2 di VCD itu kebetulan bercerita tentang sex antara adek dan kakak. Gila bgt deh adegannya. Gua pikir kok bisa ya. Eh, gua berani gak ya ngelakuin itu ama adek gua yang masih SMP? tapi khan adek gua masih polos bgt, kalo di film ini mah udah jago and pro, pikir gua dalam hati. Lagi nonton plus mikir gimana caranya ngelakuin ama adek gua, eh, bel bunyi. Wah, teryata adek gua, si Dina ama temennya dateng. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung gua simpen aja tuh VCD, trus gua bukain pintu. Dina ama temennya masuk. Eh, temennya manis juga lho. "Dari mana lo?" tanya gua. "Dari jalan donk. Emang kaya kakak, ngedekem mulu di rumah," jawabnya sambil manyun. "Gua juga sering jalan tau, emang elo doank. Cuman sekarang lagi males," kata gua. "Oh iya, kak. Kenalin nih temen gua, namanya Anti. temen sekelas gua," katanya. akhirnya gua kenalan ama tuh anak. Tiba-tiba si Dina nanya, "liat VCD Boyzone gua gak?" "Tau', cari aja di laci," kata gua. Eh, dia ngebuka tempat gua naro VCD bokep. Gua langsung gelagapan. "Eh, bukan disitu..." kata gua panik. "Kali aja ada," katanya. Telat. Belum sempet gua tahan dia udah ngeliat VCD xxx yang covernya lumayan hot itu, kalo yang x2 sih gak pake gambar. "Idih... kak. Kok nonton film kaya begini?" katanya sambil mandang jijik ke VCD itu. Temennya sih senyam-senyum aja. "Enggak kok, gua tadi dititipin ama temen gua," jawab gua bohong. "Bohong bgt. Ngapain juga kalo dititipin nyasar ampe di laci ini," katanya. "Kak, ini film jorok kan? Nnnggg... kaya apa sih?" tanyanya lagi. Gua ketawa aja dalam hati. Radi jijik, kok sekarang malah penasaran. "Elo mo nonton juga?" tanya gua. "Mmmmm.... jijik sih... tapi... penasaran kak...," katanya sambil malu-malu. "Anti, elo mo nonton juga gak?" tanyanya ke temannya. "Gua mah asyik aja. Lagian gua udah pernah kok nonton film kaya begitu" jawab temannya. "Gimana... jadi nggak? keburu mama ama papa pulang nih," desakku. "Ayo deh. Tapi kalo gua jijik, dimatiin ya?" katanya. "Enak aja lo, elo kabur aja ke kamar," jawab gua. Lalu VCD itu gua nyalain. Jreeeeng... dimulailah film tsb. Gua nontonnya sambil sesekali mandangin adek gua ama temennya. Si Anti sih keliatannya tenang nontonnya, udah expert kali ya? Kalo adek gua keliatan bgt baru pertama kali nonton film kaya begitu. Dia keliatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowo diisep. Mana tuh rudal gedenya minta ampun. "Ih, jijik bgt..." kata Dina. Pas adegan ML kayanya si Dina udah gak tahan. Dia langsung kabur ke kamar. "Yeee, malah kabur," kata Anti. "Elo masih mo nonton gak?" tanya gua ke si Anti. "Ya, terus aja," jawabnya. Wah, boleh juga nih anak. Kayanya, bisa nih gua main ama dia. Tapi kalo dia marah gimana? pikir gua dalem hati. Ah, gak apa-apa kok. Gak sampe ML ini. Sambil nonton, gua duduknya ngedeket ama dia. Dia masih terus serius nonton. Lalu gua coba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia nggak berusaha ngelepas tangannya dari tangan gua. Kesempatan besar, pikir gua . Gua elus aja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Kayanya dia menikmatin bgt. Wow, tampangnya itu lho... manis!! Gua jadi pengan nekat. Waktu dia masih merem, gua deketin bibir gua ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kita. Karena mungkin emang udah jago, si Anti malah ngajakin french kiss. Lidah dia masuk ke mulut gua dan bermain-main di dalem mulut. Sial, jagoan dia daripada gua. Masa gua dikalahin ama anak SMP sih. Sambil kita berfrench kiss, gua berusaha masukkin tangan gua ke balik bajunya. Nyari sebongkah buah dada imut. Ukuran toketnya gak begitu gede, tapi kayanya sih sexy. Soalnya badan si Anti itu gak gede tapi gak kurus, dan tubuhnya itu putih. Begitu ketemu toketnya, langsung gua pegang dan gua raba-raba. Tapi masih terbungkus ama bra-nya. "Baju elo gua buka ya?" tanya gua. Dia ngangguk aja sambil mengangkat tangannya ke atas. Gua buka bajunya. Sekarang dia tinggal pake bra warna pink dan celana panjang yang masi h dipake. Shit!! kata gua dalem hati. Mulus bgt! Gua buka aja bra-nya. toketnya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung gua jilatin toketnya... dia mendesah... Gua jadi makin terangsang. Gua jadi pengan ngentotin dia. Tapi gua belom pernah ML jadi gua gak berani. Tapi kalo sekitar dada aja sih gua lumayan tau. Gimana ya? Tiba-tiba pas gua lagi ngejilatin toketnya si Anti, adik gua keluar dari kamar. Kita sama-sama kaget. Dia kaget ngeliat apa yang kakak dan temennya perbuat. Gua dan Anti kaget pas ngeliat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pake bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Kayanya dia shock ngeliat apa yang kita berdua lakuin. Si Anti langsung pamit mo pulang. "Bilang ama Dina ya.... sorry," kata Anti. "Gak apa-apa kok," jawab gua. Akhirnya dia pulang. gua ketok kamarnya Dina. Gua pengen ngejelasin. Eh, dianya diem aja. Masih kaget kali ya, pikir gua. Gua tidur aja, dan ternyata gua ketiduran ampe malem. Pas kebangun, gua gak bisa tidur lagi. Gua keluar kamar. Nonton tv ah, pikir gua. Pas sampe di depan TV ternyata adek gua lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kata gua dalam hati. Gara-gara ngeliat dia tidur dengan agak "terbuka" tiba-tiba gua jadi keinget ama film x2 yang belom selesai gua tonton, yang ceritanya tentang hubungan sex antara adek dan kakak, ditambah hasrat gua yang gak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adek gua ngegerakin kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu ngeliat cd nya gua jadi semakin nafsu. Tapi gua takut. Ini kan adek gua sendiri masa gua entotin sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, gua pelorotin aja cdnya. Eh, ntar kalo dia bangun gimana? ah, cuek aja. Begitu CD-nya turun semua, wow, bel ahan vaginanya terlihat masih amat rapet dan di hiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Gua coba sentuh... hmmm, halus sekali. Gua sentuh garis vagina-nya. Tiba-tiba dia menggumam. Gua jadi kaget. Gua ngerasa di ruang TV terlalu terbuka. Gua rapiin lagi pakaian adek gua, truss gua gendong ke kamarnya dia. Sampe di kamar dia... it's show time, pikir gua. Gua tidurin dia di kasurnya. Gua bukain bajunya. Ternyata dia gak pake bra. Wah, payah juga nih adek gua. Ntar kalo toketnya jadi turun gimana. Begitu bajunya kebuka, toket mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil toketnya tapi lumayan ada. Gua coba isep putingnya... hmmm.... nikmat! Toket dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun!! "Kak... ngapain lo!!" teriaknya sambil mendorong gua. Gua kaget bgt. "Ngg... ngg... nggak kok, gua cuman pengen nerusin tadi pas sama si Anti. Gak papa kan?" jawab gua ketakutan. Gua berharap bonyok gua gak ngedenger teriakan adek gua yang agak keras tadi. Dia nangis. "Sorry ya Din. Gua salah, abis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu. Gak pake bra lagi," kata gua. "Jangan bilang sama mama dan papa ya, please...," kata gua. Dia masih nangis. Akhirnya gua tinggalin dia. Aduh, gua takut ntar dia nga du. Sejak saat itu gua kalo ketemu dia suka canggung. Kalo ngomong paling seadanya aja. Tapi gua masih penasaran. Gua masih pengen nyoba lagi untuk ngegituin Dina. Sampai pada suatu hari, adek gua lagi sendiri di kamar. Gua coba masuk. "Din, lagi ngapain elo," gua nyoba untuk beramah tamah. "Lagi dengerin kaset," jawabnya. "Yang waktu itu, elo masih marah ya...." tanya gua. "...." dia diem aja. "Sebenernya gua... gua... pengen nyoba lagi...." gila ya gua nekat bgt. Dia kaget dan pas dia mo ngomong sesuatu langsung gua deketin mukanya dan langsung gua cium bibirnya. "Mmhhpp... kakk.... mmmhph..." dia kaya mo ngomong sesuatu. Tapi akhirnya dia diem dan mengikuti permainan gua untuk ciuman. Sambil ciuman itu tangan gua mencoba meraba-raba toketnya dari luar. Pertama ngerasain toketnya diraba, dia menepis tangan gua. Tapi gua terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba toket, gua mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau aja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka, langsung gua buka bra-nya. Gua jilatin putingnya dan sambil mengusap dan mneremas- remas toket yang satunya. Walaupun toket adek gua itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan toket yang gede. Ketika lagi di isep-isep, dia mendesah, "Sshh... ssshhhh.... ahhh, enak, kak...." Setelah gua isepin, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Truss gua buka celana gua dan gua keluarin "adek" gua yang udah lumayan tegang. Pas dia ngeliat, dia agak kaget. Soalnya dulu kita pernah mandi bareng pas "punya" gua masih kecil. Sekarang kan udah gede donk. Gua tanya ama dia, "berani untuk ngisep punya gua gak? ntar punya elo juga gua isepin deh, kita pake posisi 69" "69... apa'an tuh?" tanyanya. "Posisi di mana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan." jelas gua. "Oooo..." Langsung gua ngebuka celana dia dan CDnya dia. Kita langsung ngambil posisi 69. Gua buka belahan vaginanya dan terlihatlah klentitnya seperti bentuk kacang di dalem vaginanya itu. Ketika gua sentuh pake lidah, dia mengerang, "Ahhhh... kakak nyentuh apanya sih kok enak bgt...." tanyanya. "Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gua donk. Masa elo doank yang enak," kata gua. "Iya kak, abis takut dan geli sih..." jawabnya. "Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin aja keenakan elo," kata gua lagi. Saat itu juga dia langsung menjilat punya gua. Dia ngejilatin kepala anu gua dengan perlahan. Uuhhh.... enak bener. Truss dia mulai ngejilatin seluruh dari batang gua. Lalu dia masukkin punya gua ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Ooohhhh.... gila bener. Dia ternyata berbakat. Isepannya ngebuat gua jadi hampir keluar. "Stop... eh, Din, stop dulu," kata gua. "lho knapa?" tanya nya. "T ahan dulu ntar gua keluar," jawab gua. "Lho emang kenapa kalo keluar?" tanyanya lagi. "Ntar game over," kata gua. Ternyata adek gua emang belom ngerti masalah seks. Bener-bener polos. Akhirnya jelasin kenapa kalo cowo udah keluar gak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kita udah gak 69 lagi, jadi gua aja yang bekerja. Kemudian gua terusin ngisepin vaginanya dan klentitnya. Dia terus menerus mendesah dang mengerang. "Kak Iwan... terus kak... disitu... iya disitu... oohhhhh.... ssshhhh...." Gua terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambut gua. Sambil matanya merem melek. Akhirnya gua udah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya udah mo keluar). Gua tanya sama adek gua, "Elo berani ML gak?" "..." dia diem. "Gua pengen ML, tapi terserah elo... gua gak maksa," kata gua. "Sebenerya gua takut. Tapi udah kepalang tanggung nih.... gua lagi on air," kata dia. "Ok... jadi elo mau ya?" tanya gua lagi. "..." dia diem lagi. "Ya udah deh, kayanya elo mau," kata gua. "Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali," kata gua. "..." dia diem aja sambil menatap kosong ke langit-langit. Gua buka kedua belah pahanya lebar-lebar. Keliatan bibir vaginanya yang masih sempit itu. Gua arahin ke lobang vagina nya. Begitu gua sentuhin pala anu gua ke vaginanya, Dina menarik nafas panjang, dan keliatan sedikit mengeluarkan air mata. "Tahan ya din...." Langsung gua dorong anu gua masuk ke dalem vaginanya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit bgt. Gua terus nyoba mendorong anu gua... dan... bleesss... Masuk juga pala anu gua. Dina agak teriak, "akhhh sakit kak...." "Tahan ya Din..." kata gua. Gua terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua anu gua ke dalam selangkangan adek gua sendiri. "Ahhh... kak... sakit kak... ahhhh." Setelah masuk, langsung gua goyang maju mundur, keluar masuk vaginanya. "Ssshhh... sakittt kakk.... ahhh... enak... kak, terussss... goyang kakk..." Dia jadi mengerang tidak keruan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kita ganti dengan posisi dog style. Dina gua suruh nungging dan gua masukkin ke vaginanya lewat belakang. Setelah masuk, terus gua genjot. Tapi dengan keadaan dog style itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam vaginanya itu seperti menarik anu gua untuk lebih masuk. "Ahhhhh... ahhha... gua lemess bgt... kak," rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi gua belom orgasme. Jadi gua terusin aja. Gua balik bad annya untuk tidur terlentang. Truss gua buka lagi belahan pahanya. Gua masukkin anu gua ke dalam vaginanya. Padahal dia udah kecapaian. "Kak, udah dong. Gua udah lemes..." pintanya. "Sebentar lagi ya..." jawab gua. Tapi setelah beberapa menit gua genjot, eh, dianya seger lagi. "kak, yang agak cepet lagi dong..." katanya. Gua percepat dorongan dan genjotan gua. "Ya... kaya... gitu dong... sssshh... ahhh.. uhuuh," desahannya makin maut aja. Sambil ngegenjot, tangan gua meraba-raba dan meremas toketnya yang mungil itu. Tiba-tiba gua seakan mau meledak, ternyata gua mo orgasme. "Ahhh, Din gua mo keluar.... ahhh..." Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Anu gua sperti dipijat- pijat di dalem. Karena masih enak, gua ngeluarinnya di dalem vaginanya. Ntar gua suruh minum pil KB aja supaya gak hamil, pikir gua dalam hati. Setelah orgasme bareng itu gua cium bibirnya sebentar. Setelah itu gua dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, gua denger dia lagi merintih sambil menangis. "Kak, gimana nih. Punya gua berdarah banyak," tangisnya. Gua liat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan vaginanya agak sedikit melebar. Gua kaget ngeliatnya. Gimana nih jadinya? "Kak, gua udah gak perawan lagi ya?" tanyanya. "..." gua diem aja. Abis mo jawab apa. Gila... gua udah merenggut keperawanan adek gua sendiri. "Kak, punya gua gak apa-apakan?" tanyanya lagi. "Berdarah begini wajar untuk pertama kali," kata gua. Tiba-tiba, gara-gara ngeliat dia gak pake CD dan memperlihatkan vaginanya yang agak melebar itu ke gua, anu gua "On" lagi. Gua elus-elus aja vagina adek gua itu. Truss gua suruh dia tiduran lagi. "Mo diapain lagi gua kak?" tanyanya. "Nggak, gua pengen liat apa punya elo baik-baik aja," kata gua sambil bohong, padahal gua pengen menikmati lagi. Pas dia tiduran, gua buka belahan vaginanya. Emang sih jadi lebih lebar dan masih ada sisa sedikit darah mengering. Gua cari klitorisnya, gua jilatin lagi. "Kak, jangan dong. Masih perih nih," larangnya. Yaaa... kok dia udah gak mau lagi. "Ya udah deh, kalo masih perih," kata gua. Gua bingung nih, gua masih pengen lagi, tapi adek gua udah keburu gak mau. Sakit banget kali ya, pertama kali begituan. Ya udah deh, gua ajak mandi bareng aja siapa tau kalo udah seger nanti dia mau lagi. "Kita mandi bareng aja yuk," pinta gua. "Ayo..." kata Dina. Kita mandi di kamar mandi adek gua. Gua idupin air shower yang anget. Wuihhh, nikmat banget pas kena air anget. Abis cape ML ama adek sen- diri, mandi air anget. Di bawah pancuran shower, gua pertama-tama ngambil posisi berada di belakangnya. Truss gua mulai nyabunin bela- kang tubuhnya. Setelah belakangnya selesai semua, masih dalam posisi gua di belakangnya, gua mulai nyabunin bagian depannya, mulai dari perut ke atas. Pas sampe bagian toketnya gua sabunin, dia mulai meng- gelinjang dan mendesah lagi. Gua ciumin bagian belakang lehernya sambil terus nyiumin leher adek gua itu. Puting adek gua, gua pilin- pilin pake ujung jempol dan ujung telunjuk. Eh, pada waktu gua nyabunin toket imutnya itu tangan dia menyentuh dan mulai meraba-meraba tubuh gua dan berusaha mencari punya gua. Begitu tersentuh punya gua langsung digenggam dan dipijat-pijat. Tangan gua yang satu lagi mulai bergerilya ke daerah selangkangannya. Dengan bermodalkan sabun, gua mulai nyabunin bagian vagina adek gua itu. Pertama, gua usap dari luar bibir vaginanya, lalu jari gua mulai mencoba masuk mencari klitorisnya. Adek gua tiba-tiba ngomong lagi tapi masih dalam keadaan kenikmatan karena masih gua ciumin lehernya dan putingnya gua pilin-pilin. "Kak, sshhh... Jangan dulu donk. Sshttss... ahhh..." erangnya. Ya udah, gua gosok-gosok aja dari luar. Ternyata belom lama setelah gua gosok-gosok itu ternyata adek gua orgasme. "Aahhh... ah..." dia merintih keenakan dan dia langsung lemas. Setelah dia orgasme itu, gua minta dia untuk memainkan anu gua pake tangannya. Dengan memakai sabun dia mengocok anu gua. Enak banget. Tangannya yang kecil itu menggenggam anu gua erat sekali. Akhirnya tak lama kemudian gua keluar juga. Selesai itu, kita langsung keluar kamar mandi. dan gua keluar dari kamarnya. Setelah hari itu, gua agak sibuk dengan tugas-tugas kuliah gua sampe seminggu. Nah, pada suatu hari gua lagi lewat di depan kamar Dina. Eh, kedengeran suara orang lagi mendesah-desah, tapi agak samar. Wah, lagi ngapain nih anak. Gua penasaran, kalo gua ketok pasti ntar udahan. Gua lewat belakang aja, soalnya ada jendela yang "cukup" untuk ngeliat ke dalem kamarnya, walaupun harus manjat. Gua panjat dinding, truss gua liat lewat jendela. Ternyata... Gua kaget banget. Gua kirain paling dia lagi masturbasi, taunya si Dina lagi di jilatin vaginanya ama si Anti (pembaca CCS inget kan si Anti yg dulu pernah hampir ML ama gua di seri 1). Masa adek gua lesbi sih. Gua masih gak abis pikir. Ya udah deh gua nikmatin aja deh. Gua liat si Anti masih pake rok seragam SMPnya, sedangkan dadanya udah kebuka dan toketnya yang runcing dan sexy itu kaya'nya makin sexy deh. Sedangkan si Dina udah bugil. Kacau juga nih anak-anak smp. Pulang sekolah lang sung "maen". Si Dina masih terus mendesah, karena Anti menjilati vaginanya dengan sangat nafsu. Tangannya si Anti juga meremas-remas toket imutnya Dina, dan dia juga kadang kadang meremas toketnya sendiri. "Nggg.... Anti.... geliii banget. Aaahhh.... enak.. mmmhh.." terdengar sedikit desahannya Dina. Lagi asyik-asyiknya tiba-tiba gua inget ama janji ketemu temen gua untuk ngerjain tugas gua. Sial, kenapa gua bisa lupa ama tuh tugas. Ya udah, terpaksa gua tinggalin deh adegan lesbi ini. Besok malemnya, pas si Dina lagi nonton TV, gua ngomong ama dia. "Ntar malem gua ngomong sesuatu ama elo. Jangan tidur dulu ya?" kata gua. "Ngomong sekarang aja knapa?" jawabnya. "Gua lagi ada tugas nih. Pokoknya tungguin ya!" kata gua lagi. Setelah tugas gua selesai, gua langsung ke kamar adek gua. gua ketok... "Din, udah tidur belom?" panggil gua agak perlahan supaya gak ke- dengeran bonyok gua. "Masuk aja kak, gak dikunci kok," jawabnya. "Hai, belom ngantuk kan?" kata gua. "Belom kok. Ada apa sih kak? Kok kayanya serius banget," kata dia. "Din, sorry. Kemaren gua... kemaren gua ngeliat elo," gua diem. Gua nggak enak ngomongnya, soalnya dia bisa marah karena gua intip. "Ngeliat apa kak?" tanyanya penasaran. "Nnggg... ngeliat elo 'maen' ama Anti kemaren di kamar elo," kata gua. Dina langsung keliatan kaget. Dia diem dan keliatan tegang. "Knapa sih Din, apa elo lesbi. Ups, sorry itu privasi elo sih. Gua nggak berhak nanya. Cuman gua penasaran aja," kata gua. Tiba-tiba dia ngeluarin air mata. "Abis... abis kak Iwan sibuk terus sih seminggu ini," jawabnya sambil agak nangis. "Dina kan pengen lagi, kaya waktu itu. Abis enak..." jawabnya lagi. "Kok gak bilang a ja ama gua?" kata gua. "Abis Dina malu. Malu minta ama kak Iwan. Terus, Dina curhat ke Anti. Eh, dia bilang, 'mo nyoba ama dia gak?'" terangnya. "Karena Dina pengen banget, ya udah Dina maen aja ama Anti. Tapi kayanya masih enakan... masih enakan maen ama kak Iwan," kata dia langsung nunduk sambil masih agak nangis. Gua sedih ngedengernya. Gua angkat mukanya supaya gak nunduk. Gua deketin mukanya perlahan, lalu gua deketin mulutnya dan gua cium bibirnya dengan perlahan supaya Dina menikmatinya. Dina langsung merespon dengan memainkan bibirnya di bibir gua. Lidah gua maen di dalem mulutnya. Tangan gua mulai membuka kancing piyamanya, lalu gua buka piyamanya sambil masih dalam keadaan berciuman. Gua raba perlahan-lahan toketnya yang masih imut itu dan masih terbungkus bra. Gua berciuman ama adek gua itu cukup lama juga. Gua buka branya. Adek gua masih dalam posisi keadaan duduk, gua isep toketnya mulai dari putingnya yang masih agak baru t umbuh tapi sexy itu dan terus gua jilatin memutari putingnya sampai ke seluruh permukaan toketnya. Sedangkan toket yang satu lagi gua pilin-pilin putingnya. Gua mau ngasih servis terbaik ke ade gua. Abis kasian dia udah pengan banget seminggu ini. Gua buka celana piyamanya. Dia tinggal memakai CD saja. gua buka CDnya. Terlihatlah vagina seorang anak SMP yang masih agak polos itu. Sudah mulai di tumbuhi rambut-rambut halus. Gua liat Vaginanya itu mulai basah. Kayanya dia lagi benar-benar terangsang. Gua buka belahan vaginanya. Gua jilatin sekitar clitorisnya. Dia bergoyang-goyang, menahan kenikmatan sambil agak menjambak rambut gua. Terasa asin ketika gua jilat cairan vaginanya. "Kak... terussss... kak... di situ.... enakkk... hhh..." desahnya agak keras. "Ssstt... jangan keras-keras donk. Udah malem nih," kata gua takut bonyok bangun. Bisa berabe nih. Suara dia jadi berisik sekali. Setelah agak lama mempetting dia di sekitar vagin anya, gua langsung ngeluarin anu gua. Anu gua sih gak perlu pake pemanasan lagi. "Doi" udah tegang! "Din, gua masukkin sekarang ya?" kata gua. Dina langsung tegak lurus mendongak ke atas. Gua segera mengatur posisi di atas tubuhnya di antara pahanya. Gua buka pahanya lebar-lebar sehingga selangkangannya betul-betul terbuka. Kali ini gua bisa melihat dengan jelas 'pintu'nya yang berupa celah dua bibir-bibir. Dengan dua tangan gua buka bibir vaginanya itu dan dapat kulihat celahnya itu tampak penuh cairan licin. Gua dorongkan saja pinggulku sehingga anu gua pas di depan lubang kenikmatannya. Dengan satu tangan gua menggesek-gesekkan kepalanya sehingga membuka bibirnya dan menyebabkan kepalanya pas berada di depan celah lubangnya itu. Dengan satu sentakan perlahan aku dorongkan kepala anu gua mema- sukinya. "Kak.... nggghhhggg!" erangnya. Aku berdiam beberapa saat sampai lonjakan rasa nikmat tadi mereda perlahan-lahan. Aku merasakan bah wa beberapa tusukan akan bisa mem- buatku keluar dan aku nggak ingin meninggalkan dia dengan ketidaktun- tasan. Kan gua mo ngasih servis yang bagus. Gua tahan sebentar, sambil gua pandangin wajah lugu adek gua yang sedang merem. Setelah itu gua mulai menggenjotnya. "Uuhhh... ssshhh... ahhh.." dia menggumam tidak jelas. Gua mempercepat gerakan gua maju mundur. "Kak... teruss kak...." dia terus mengerang. Setelah gua agak negrasa gua mo keluar, gua keluarin anu gua dari vagina adek. Untung ternyata gua belum sampai orgasme. Gua ganti gaya. Adek gua gua suruh tidur menyamping. Setelah itu gua angkat satu kakinya, dan gua masukkin lagi anu gua. "Ahhh... lagi kak... teeruss..." katanya. Gua goyang lagi. Ternyata dalam keadaan itu membuat dia dan juga gua orgasme. Kak... gua... mo... ke.. keluar nih... ahhhhhhhhhh..." dia mendesah panjang, tak lama dari orgasme dia, gua juga keluar dan gua ngeluarin sperma gua di dadanya.
Rumah Ku Sorga Ku
Hai pembaca akan aku ceritakan pengalamanku berhubungan intim dengan ibuku.Kejadian ini terjadi ketika aku menginjak usia 16thn atau waktu aku menjadi pelajar sma kelas 1 sma.Aku orangnya biasa, tinggiku 165cm dan kulitku sawo matang,rambut lurus dan panjang penisku 15cm.

Penglamanan ku menyetubuhi ibuku sendiri terjadi ketika aku mulai dari smp sudah sering melihat film BF sehingga aku terobsesi bias menyetubhi ibuku sendiri dan alhasil waktu itu tiba ketika aku memergoki ayahku selingkuh dengan teman sekantornya disebuah hotel berbintang dikota aku.

Ayahku yang mengetahui perbuatanya sudah terbongkar terus mendekati aku dan meminta dengan iba kepadaku agar aku tidak menceritakan ini keapda ibuku dan ia berjanji akan mengabulkan semua permintaanku jika aku tidak bercerita kepada ibuku.Angin segar pun aku dapatkan dari janji ayahku itu.Kesempatan untuk meniduri ibuku pun aku dapatkan.

“Yah apa benar jika aku tidak menceritakan kepada ibu tentang maslah ini kepada ibu apapun permintaanku akan ayah kabulkan?”tanyaku kepada ayahku.
“Iya gung ayah akan mengabulkan semua permintaanmu?”kata ayahku
“apapun itu permintaannya akan ayah kabulkan?”
“iya akan ayah kabulkan?”
“kalau begitu aku ingin meniduri ibu!!!!!”
“apa??????????”
“aku ingin meniduri ibu!apa kurang jelas perkataanku ini???????kan ayah sudah punya wanita lain untuk memuaskan nafsu ayah?kasihan ibu gak pernah mendapatkan kepuasaan seks.Gimana yah??????atau aku cerita aja kepada ibu????”
“baik2 kamu boleh meniduri ibu kamu.tapi gimana caranya kamu akan meniduri ibu kamu?pasti dia tidak mau kamu tiduri karena kaliyan adalah seorang anak dan seorang ibu?trus kenapa kamu mau meniduri ibu kamu?”
“Gampang Yah caranya nanti ayah bilang aja kepada ibu mau mengajari aku tentang pelajaran seks agar aku tidak terjerumus kepada sek bebas dan yakinkan kepada ibu gimana bahayanya seks bebas itu.Trus alas an aku ingin menyetubuhi ibu karena ibu bagiku sangat cantik dan aku juga kasihan sama ibu tidak mendapatkan kepuasaan dari ayah selain itu kalau aku ML dengan ibukan gak takut kalau ibu hamil soalnya ibukan dah nikah jadi kalau dia hamil gak ada orang yang curiga.gmn yah?”
“Sialan juga kamu ingin meniduri ibu kamu sendiri dan mau menghamili dia juga!”
“abisnya ayah dan ibu tidak memberiku adik sih?aku juga pengin adik seperti teman2 aku yah?”
“ya udah kalo gitu kita pulang bareng sekrang nanti sampai dirumah aku akan cerita maksud kamu ini kepada ibu kamu”
Ok yah aku tunggu kabar baik ayah.trus gmn dengan simpanan ayah tadi?”
“dia sudah ayah suruh pulang naik taksi”

Sesampai dirumah aku dan ayahku bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.jam telah menunjukan jam9 malam ayahpun mengajak ibuku untuk tidur, sambil menuju kamar ayahku memberikan kode kepada ku untuk menunggu jawaban ibuku.Samapi dikamar ayahku mulai membicarakan masa depanku yang tak lain hanyalah basa-basi untuk mulai berbicara tentang maksud ndan tujuanku untuk meniduri ibuku.

“bu agung dah klas1 sma y?”
”iya ayah trus napa kalo agung dah kelas 1 sma?”
“ibu pernah kepikir gak kalo agung akan melakukkan seks bebas diluar sana?ibukan tahu gimana bahanya seks bebas itu?”
“iya juga y yah?trus gimana yah?”
“ya untuk mengantisipasi itu kita harus memberikan pelajaran seks yang sebenenarnya kepada agung agar ia tidak terjerumus”
“pelajaran seks?”
“iya ibu kita contohkan seks seorang suami istri yang benar dan akibat dari perbuatan itu bakal terjadi kehamilan dan agar ia tidak mengedepankan nafsu saja.”
“hah????????”ibu kaget
“napa bu?”Tanya ayahku
“apa itu tidak malah menjerumuskan agung pa?dia nanti malah pengin ingin berhubungan suami istri denagn lawan jenisnya yang seharusnya belum boleh ia lakukan?”
“y itu apa ibu mau agung menghamili anak orang?ya kalo anak orang kalo ia jajan ama PSK gimana?nanati dia AIDS!ibu mau itu terjadi?”
“iya enggak lah yah,trus kalo dia pengin Ml gimana yah?”
“ya itu tugas ibu utuk mengajarkan kepada agung.”
“berarti ibu harus melakukan hubungan intin dengan agung?”
“yup benar!!!!”
“tapi yah agung kan anak ibu masa ibu harus melakukannya denagn agung?”
“apa ibu lebih suka ibu melakukan dengan orang lain selain dengan ayah??ibu lebih suka selingkuh?atau ibu memamng selingkuh kalo ayah sedang kerja dan agung sedang sekolah???”Tanya ayahku mengintrogasi ibuku
“ya enggak lah yah ibu hanya melakukan ini denagn ayah”
“kalo begitu ibu harus mengajarkan anak kita itu peljaran seks agar ia tidak salah jalan.”
“ayah serius????”
“iya!apa ayah kelihatan bercanda??????””

ibuku menggelengkan kepalanya

“kalo itu ibu setujua?’
“iya yah tapi gimana caranya kita memberitahu ini kepada agung lagian ibu juga malu nih”
“malu?agung kan anak ibu jadi jangan malu”
“trus gimana sekarang?’
“tunggu disini ayah akan panggil agung mendapatkan pelajaran sekd dari dari kita”

ayah berjalan menuju ruang keluarga karena kau masih disana menonton TV tapi sebenarnya kau menunggu kabar baik dari ayahku.tanpa basa-basi lagi ayahku menceritakan kepadaku bahwa ibu setuju dengan ideku.Akupun senang sekali dan aku langsung menuju kamar ibu bersama ayah untuk mendapatkan peljaran skes itu.
Didalam kamar ibu telah menunggu aku dan ayah dengan memakai baju tidur yang trasparan sehingga aku bisa melihat CD dan branya dan lekukan tubuhnya yang begitu merangsang.

“gimana bud an siap memberikan pelajar seks buat agung?”Tanya ayahku kepada ibuku
“siap yah tapi gimana caranya?”
“ya ibu tinggal buka semua pakaian ibu dan mulailah apa saja yang seperti kita lakukan kalau berhubungan seks.kamu lakukan itu kepada agung,aku akan melihat dari sini”kata ayahku sambil duduk dikursi meja rias.

Ibuku mulai membuka semua pakaiannya sehingga kini ia telanjang bulat didepanku dan sudah pasti kont*lku langsung membesar.Dan tanpa disuruh aku langung mendekati ibuku dan langsung mendekapnya dan langsung melumat bibirnya.Ibuku tampak kaget dengan semua ini dia baru sadar anaknya ini sudah dewasa dan ibu yakin bahwa anaknya inis suda sering melihat Film BF.Ibuku yang masih setengah kaget terus menyesuaikan dengan keadaan yang ada dengan ikut membalas ciumanku.Sambil melumat bibir ibuku aku mulai meremas ke dua payudara ibuku dan itu membuat ibuku mulai terangsang.Aku sudah tidak sabar ingin merasakan vagina ibuku segera menyudahi adegan itu dan aku segera melepas semua pakaianku dan ibu sangat kaget melihat kont*l aku yang lebih besar dan lebih panjang dari punya ayahku.kurebahkan tubuh ibuku dirangjang tempat dimana ayah dan ibuku melakukan hubungan seks dan mulai mulai malam ini akulah yang akan melakukannya disini.perlahan kusibak belahan lobang kenikmatan yang didalamnya berwarna merah jambu itu. Kujilat cairan yang keluar dari dalamnya, nikmat rasanya.Ibuku memamng sudah terngsang akibat lumatanku dan remasan tanganku di payudaranya.Dia hanya pasrah dengan apa yang akau lakukan karena dia nampkanya tidak perlu mengajari aku tentang seks karena aku sudah pengalaman dan dia hanya berfikir seperti orang bodoh karena rencananya dia mau mengajari eh malah diajari.

"Teruskan agung, jilati bagian itu" lenguh ibuku yang merasakan kenikmatan. Kujilat dan terus kuhisap cairan yang keluar sampai tak bersisa. Setelah sekian lama bermain didaerah vagina ibuku, kuangkat kepalaku dari jepitan paha ibuku. Kulihat ibuku sudah tergolek lemas karena perbuatanku ini.Kudekati tubuh ibuku sambil perlahan lahan kutindih sambil menghujani ciuman ke bibir ibuku. Kami berciuman kembali sambil memainkan payudara ibuku, kuremas remas dan kupuntir puting payudara yang dulu menjadi sumber makananku pada waktu masih bayi. Tangan ibuku sudah memegang batang penisku dan dibimbingnya kearah lobang kenikmatannya yang sudah basah.
"Tekan sayang..." pinta ibuku. Kutahu ibuku sudah tidak tahan lagi dan pengin merasakan besarnya kont*l aku ini.Dengan ragu-ragu kutekan penisku dan bless menancap masuk ke lobang vagina ibuku yang sudah licin.

Oh..nikmatnya, sambil kutarik keluar masuk kedalam lobang kenikmatan itu. Desahan napas ibuku semakin membuat aku terpacu untuk mempercepat irama pemompaan batang penisku kedalam lobang kenikmatan ibuku. Tak lama kemudian...
"Oh, aku sudah sampai sayang, kamu benar benar hebat".

Terasa lobang kenikmatan ibuku bertambah basah oleh cairan yang keluar dari dalam dan menimbulkan bunyi yang khas seirama keluar masuknya batang penisku. Tiba-tiba ibuku mencabut batang penisku, padahal sedang keras-kerasnya.
"Sebentar ya sayang, biar ku lap dulu lobangya, sambil kita rubah posisi."
Dari sini ia membuktikan pengalamannya dalam berhubungan seks agar gesekesan2 kont*l dan vagina ibuku lebih terasa lagi.Ayahku yang hanya melihat disamping ranjang hanya tersenyum akan tindakan aku dan ibuku ini.Dia menahan gairah yang ada,karena selain perjanjian aku meniduri ibuku ayah juga tidak boleh meniduri ibu lagi dan ia ku bebaskan berselingkuh dengan orang lain.Jadi aku akan bebas berhubngan dengan ibuku dirumah atau pun dimanan saja.

Disuruhya aku telentang dengan batang penis yang tegak hampir menyentuh pusarku. ibuku jongkok tepat diatas batang penisku. Sambil membimbing batang penisku memasuki lobang kenikmatan yang sudah mongering karena di lap dengan ujung kain daster, ditekannya pantat ibuku hingga bless, kembali si kont*lku memasuki goa kenikmatan ibuku, meskipun agak seret tapi rasanya lebih enak, sambil perlahan lahan diangkatnya naik turun pantat ibuku yang membuat aku jadi tambah merem melek. Lama kelamaan jadi tambah licin dan membuat semakin lancarnya batang penisku untuk keluar masuk. Semakin cepat irama naik turunya pantat ibuku, tiba tiba tanganya mencengkeram kuat dadaku dan...

"Aku sudah sampai lagi sayang" desah ibuku. Tubuhnya melemah dan menghentikan irama naik turun pantatnya. Tubuhnya mengelosor telentang disampingku, dan membiarkan batang penisku masih tegak berdiri. “ Aku sudah tidak sanggup lagi sayang, terserah mau kamu apain saja “ kata ibuku pelan. Aku hadapkan ibuku kekiri, sambil kuangkat kaki kanannya hingga nampak tonjolan lobang vaginanya mulai terbuka. Kumasukkan batang penisku lewat belakang sambil perlahan lahan ku pompa keluar masuk kedalamnya. Irama pemompaanku makin lama makin kupercepat sampai akhirnya tubuhku mengejang hendak mengeluarkan peluru cairan dari lobang penisku, dan crot…crot…crot muntahlah lahar dari lobang penisku. Bersamaan dengan itu mamaku mengerang lemah “ Oh sayang, aku keluar lagi “. Batang peniskupun melemah, dan keluar dengan sendirinya dari lobang petualangan. Kamipun tertidur pulas dalam keadan telanjang bulat sambil berpelukan.Sekitar jam1 pagi aku terbangun dan tidak kudapati ayahku ada dikamar dan aku tahu dia pindah kekamar aku sesuai dengan perjanjian kami.Lalu aku dapati ibuku tertidur pulas,aku pun kembali terangsang melihat ibuku yang tertidur kubangunkan ibuku dan kejadian itupun terjadi lagi.Aku menyetubuhi ibuku lagi.Malam itu aku 3x melakukannya dengan ibuku.

Pagipun telah datang,karena ini hari minggu aku tidak pergi kemana-mana sehingga peluang untuk aku meniduri ibu semakin besar.Seusai makan pagi ketika ibu mau membereskan piring dimeja aaku langsung mencumbui dia diruang makan didepan ayahku.Ayahku yang melihat itu lagsung pergi meniggalkan kami dan aku tahu dia pasti menemui simpanannya untuk memuaskan nafsunya.

Hubungan seks aku dan ibuku terus berlanjut hingga satu bulan kemudian positif hamil.Ibu menceritakan itu kepada aku dan ayahku.Ibu yakin itu anak aku karena satu bulan ini ibu hanya melakukan hubungan intin dengan aku saja.Ibu waktu menceritakan ini sedikit takut kalau smapi ayahku marah karena kehamilannya,tapi sebelum ayahku bicara ibuku pun melakukan pembelaan.

“ini ide ayah untuk aku memberikan pelajaran buat agung,jadi kalu ibu harus hamil itu resiko yah!!!!!!!!”
“iya ayah tahu gak usah takut gitu dunk”
”berarti ayah gak marah?????”
“iya tidak lah,malah ayah senang soalnya agung akan punya adek dan aku akan punya anak lagi”
“tapi ini anak agung yah dan bukan anak ayah!!!”
“tapi kan tidak ada yang tahu kalu itu anak hasil perbuatan kaliayan berdua kalo kaliyan tidak cerita keorang lain?????”
“iya sih.berarti anak ini tetap dipertahankan dunk yah???????”
“ya iyalah bu,agung pasti juga menginginkan anak itu juga.iya kan gung?”Tanya ayahku kepada aku
“iya yah agung sangat menginginkan anak itu,agung ingin athu hasil karya agung dan ibu.”
“tu kan bu.agung juga mengingkanya”
“ya udah kalo gitu ibu akan jaga anak dalam perut ibu ini dengan hati2.”
“kalo gitu kaliyan berdua mulai malam ini sekamar biar aku bias setiap saat menyirami vagina ibu.”ucap ayahku kepada aku dan ibku
“tapi ayah gimana?’tanya ibuku
“ayah gak apa2 yang penting agung seneng,ayah juga seneng”

semenjak itu aku dan ibuku tidur sekamar dan aku bebas meniduri ibu ku dengan puas.hari2 berganti hari pun telah berganti anaku pun lahir dan anak itu cewek.aku,ibuku dan ayahku senang dengan kelahiran anak itu.Ibuku mulai berfikir kenapa ayahku mau melakukan itu dan menyai aku dan ayahku.Akupun dan ayhaku jujur dengan alas an kami.Ibu sempat sok mendengar alasan kami.Tapi nasi telah menjadi bubur ibu harus menerima ayah silingkuh karena dia juga sekarang punya aku yang memuaskan nafsunya.Ibu memang baik ayah disuruh menikah dengan perempuan itu tanpa harus menceraikan ibu karena dia kasihan dengan ayahku yg jika kami berstubuh ayah hanya bisa melihat kami saja.Karena ibu juga pengin punya anak lagi dari aku jadi kalo samapi bercerai pasti kalo ibu hamil dan sudah bercerai bakal jadi bertanyaan orang banyak.

Ayah sudah menikah denga cewek itu dan mereka juga tinggal dirumah bersama kami dan saat ini ibu juga hamil lagi karena aku.Dan ibu juga cerita hal yang mengejutkan bahwa aku sebenarnya bukan anak ayah tapi anak mantan pacar dia.dalam hatiuku berkata pantes saja selama ini aku tidak punya adek.dan itu juga terbukti istri muda ayah tidak hamil.Dan saat ayah pergi keluar kota selama satu bulan aku berinisiatif dengan ibu untuk memberikan ayah anak dari istri mudanya.Ya tentu saja itu anak aku.Istri muda yang aku kasih penjelasan itu pun menerima karena dia pengin sekali memberikan anak kepada ayah.Satu bulan itu aku meniduri istri mudah ayah dan ibu mengalah untuk menyerahkan ku meniduri istri muda ayah itu.Satu bulam kemudan dia positif hamil, ayah senang sekali.Aku dan ibu serta istri muda ayahku emrasiakan hal itu.dan samapai saat ibu aku tetap meniduri ibuku dan ibu tiriku.
Sedarah Daging
kisah menarik antara abang dan adik kandung yang saling mencintai. Si abang bernama Daud 16 tahun dan adiknya bernama Siti, 14 tahun. Setelah kelaihran Siti, ibunya harus menjalani oerasi, karean terdapat kelainan kandungan. Hingga ibunya tak bisa melahirkan lagi, dan ayah mereka "terpaksa" menikah lagi. Hubungan istri tua dan muda, sangat akur, karea ibu Daud-lah yang mencarikan istri kedua ayah mereka dan masih ada hubungan saudara.

Ayah Daud bekerja sebagai pedagang buah cokelat. Dia mengambilnya dari petani di desa-desa, kemudian dikeringkan (dijemur) lalu coklat yang sudah kering itu dia jual ke kota, terkadang bahkan dia sampai ke luar pulau.

Daud kos di sebuah kota untuk melanjutkan SLTA-nya. Untuk menghemat, terpaksa Siti adik Daud ikut kos pula di kota itu. Ayah Daud memang telah membeli rumah di kota itu dan dikontrakkan kepad saudara juga. Sedangkan di sisi rumah, katakanlah semacam pavilyun ditempat oleh Daud dan Siti.
Pagi-pagi sekali Siti sudah bangun menyiapkan sarapan buat mereka berdua. Sepulang sekolah, mereka bersma mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Kedua abang beradik ini sangat kompak dan selalu saja akur. Pengontrak rumah mereka pun iri melihat mereka. Terdengar kata-kata dari sebelah, agar tiga anak-anak mereka bis ameniru kelakuan Daud dan Siti yang kompak dan saling menyayangi. Walau kamar mereka berdampingan, Siti selalu saja datang ke kamar abangnya minta diajarilah, tolong ini dan itu serta sebagainya.

Seusai makan malam, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Tiba-tiba pula halilintar datang mengemuruh memekakkan telinga. Tiba-tiba listrik mati. Dalam hujan lebat itu, Siti memeluk abangnya dengan rasa takut. Daud memeluk adiknya yang dia sayangi itu dan menenangkannya. Dengan meraba-raba, mereka mencari lilin. Lilin dipasang di atas piring kaca dan diletakkan di atas meja. Ketika Daud mau keluar kamar menginci pintu, Siti tak mau ditinggal. Dia tetap ikut dan memeluk Daud. Setelah semua pintu terkunci, Siti memeluk Daud dari belakang dan Daud menggendong adiknya itu, membawanya ke kamar. Siti menolak tidur di kamarnya sendirian.
"Takut, Bang," katanya.
"Aku tidur bersama abang saja di kamar abang," katanya. Daud tak sampai hati melihat adiknya ketakutan. Dia gendong adiknya ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Daud mengunci kamar, lalau membaringkan adiknya di atas tempat tidurnya. Tempat tidur Daud memang lima kaki besarnya. Jika ayahnya datang ke kota membawa daganganya, Daud selalu tdiur bersama ayahnya di kamar itu. Jika ibunya yang datang, Daud harus mengungsi ke kamar Siti dan Siti bersama ibunyalah yang tidur di kamar Daud. Sudah kebiasaan mereka berdua pula, jika tidur harus mengganti pakaian dengan piyama tidur. Siti tidur dekat dinding dan Daud di tepi tempat tidur yang tanpa dibatasi dinding.

"Sudah Bang, tidurlah. Tak usah belajar dulu," kata Siti kepada Daud. Daud mengiyakan, karena cahaya lilin kecil itu bisa merusak mata dan dia tidur di sisi adiknya. Siti merasa tenang didampingi oleh abangnya. Sekali lagi suara halilintar menggema. Saat itu Siti kembali memeluk abangnya kuat-kuat. Angin begitu kencang, hingga lilin tertiup angin dan mati. Kamar menjadi gelap gulita, bahkan seantero ruangan.

"Bang, Siti takuuuut," katanya dengan manja kepad abangnya. Daud membalas pelukan adiknya untuk menenangkan adiknya. Mereka berpelukan ditutupi selimut. Siti merasa tenanag diperlakukan demikian oleh Daud. Tanagn kiti Daud berada di leher Siti merangkul tubuh Siti. Tangan kanan Daud memeluk pinggang Siti. Sebaliknya tangan kiri Siti memeluk pingang Daud erat-erat. MUlanya mereka tidak sadar, kalau dada mereka sudah menempel. Lama kelamaan, Daud merasakan dada adiknya begitu empuk. Dielus-elusnya punggung adiknya itu dengan lembut. Daud merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ada rasa hangat mengalir dari dalam tubuhnya. Libidonya naik. Penisnya bangkit. Mulanya, Siti juga tidak merasakan apa-apa. Lama kelamaan, dia merasakan penis abangnya menyentuh-nyentuh pahanya. Dalam tidur berpelukan itu, kaki kanan Siti ditindih oleh kaki kanan Daud, yang dijepit oleh kaki kiri Siti. Kedua kaki Siti menjepit kaki kanan Daud. Terasa sekali bagi Siti penis Daud menghentak-hentak di pangkal pahanya. Siti amembiarkan saja. Kini Siti juga darahnya seperti dialiri struum listrik. Ketika Daud membelai-belai punggung Siti, secara tak sadar, Siti juga membalas belaian Daud. Siti membelai punggung Daud juga. Mereka saling membelai.

Siti merasakan nafas Daud menghembus di lehernya. Pipi mereka menempel. Lalu Daud mencium pipi Siti. Siti merasakan kelembutan ciuman Daud di pipinya. Kini Siti membalas ciuman Daud. Siti mencium leher Daud yang masih terasa aroma sabun lux-nya. Daud semakin libido. Daud mengarahkan bibirnya ke bibir Siti dan melumatnya perlahan-lahan. Lembut sekali bibir mungil itu. Eh...Siti membalasnya. Kini mereka sudah saling melumat bibir. Saat Daud memeluk Siti lebih erat, Siti membalas lebih erat lagi.

Daud memasukkan tangannya ke sela-sela baju Siti dan melepaskan pengkait BH Siti. Kini tali Beha itu sudah terlepas. Perlahan tangan Daud menjalar ke susu Siti. Dielusnya susu Siti, lalu tangannya mencari puting susu Siti, semuanya regfleks saja. Kini Nafas Siti yang sudah mulai memburu. Daud terus menciumi Siti dari bibir dan kini berada di leher, sembari tangan Daud terus melepas kancing baju piyama Siti satu-persatu. Kini semua kancing baju piyama itu sudah terlepas. Daud menurunkan jilatannya dari leher ke puting susu Siti. Siti memegang kepala Daud dan menekan-nekan kepala Daud di puting susunya. SEdang tangannya yang satu lagi, menggerayangi tubuh Daud. Daud juga tak tinggal diam dan melepaskan baju Siti dan BH. Kini Siti sudah tak memakai baju dan BH lagi, walau mereka masih berada dalam selimut. Daud juga melepas baju piyamanya, sekalian melepas celana piyama dan kolornya. Daud sudah bertelanjang bulat. Mulutnya masih terus menerus menjilati dan mengisap-isap puting susu Siti. Sebelah tangannya meraba susu yang lain dan sebelah tangan Daud meraba ke sela-sela celana piyama. Daud merasakan ada rambut-rambut halus pagina Siti. Siti semakin tak mampu mengatur nafasnya. Dia mendesah-desah. Jari tengah Daud mulai mengelus-elus di antara kedua bibir pagina Siti yang sudah basah dan licin.

Siti mengangkat pantatnya, tatkala Daud memeloroti celana piyana dan kolor Siti. Kini kduanya sudah telanjang bulat, walau lagi-lagi masih berada di bawah selimut. HUjan di luar semakin deras dan suara halilintar sesekali terdengar dengan dahsyat. Jari tengan Daud, terus mengelus dan mengelus sela-sela bibir pagina Siti. Bibir mereka masih terus saling memagut. Tangan Siti tak mau ketinggalan mengelus-elus penis Daud.

"Ah...enak sekali. Teruskan mengocoknya, kata Daud. Siti terus mengocok penis Daud dan pagina Siti terus dieleus-elus dengan cepat pula oleh Daud.
"Ahhhhh....." Daud menggumam dan memeluk Siti dengan lebih erat lagi sembari menekan kuat-kuat penisnya ke paha Siti. Lahar panas terlepas dari penis Daud, tumpah di atas paha Siti. Daud menghentikan elusannya pada pagina Siti. Siti justru memeluk Daud lebih erat dan seperti tak mau melepaskannya. Siti naik ke tubuh Daud. Bibir paginanya berada tepat pada paha Daud. Di jepitnya paha Daud kuat-kuat dan digesek-gesekkannya klitorisnya pada paha Daud. Nafasnya terengah-engah. Gesekannya semakin cepat dan cepat, lalu jepitannya semakin kuat. Siti mendesah panjang. Lalu dia lemas. Siti sudah pula orgasme. Siti nafasnya memburu dengan cepat. Sampai akhirnya mereka tertidur. Suara ayam berkokok pagi itu, membangunkan Siti. Dengan cepat dia bangan. Dia melihat tubuhnya telanjag bulat, sama dengan abangnya Daud. Dia ambil piyamanya dan dia berlari ke dapur setelah memakai pakaiannya, menunaikan tugasnya menhyiapkan sarapat. Setelah hidangan tersedia, dia bangunkan abangnya Daud. Saat Daud menggeliat terbangun, Siti langsung meninggalkannya. Daud mengetahui dirinya telanjang bulat. Dengan cepat dia pakaian dan pergi ke kamar mandi.

Mereka sarapan pagi berdua dengan diam. Masing-masing mereka merasa malu. Ketika pergi ke sekolah, di atas sepeda motor, mereka juga masih dalam keadaan diam. Baik Daud dan Siti tidak konsentrasi, ketika belajar di sekolah. Sampai-sampai gurunya menegur, kenapa Daud termenung. Hal sama juga terjadi pada diri Siti. Mereak memang satu sekolah. SMP dan SMU di bawah satu naungan yayasan.

Begitu lonceng sekolah berbunyi pertanda semua pelajaran untuk hari itu usai, Daud seperti biasa langsung ke tempaty sepeda motornya yang terparkir. Dan biasanya adiknya Siti sudah menunggu di sana atau sebaliknya Daud yang menunggu adiknya. Mereka pulang berboncengan. yang satu berseragam putih-biru dan Daud berseragam putih-abu-abu. Mereka seperti biasa, sempat membeli seikat sayur dan tiga ekor ikan, untuk lauk mereka makan siang dan makan malam. Untuk sarapan, mereka biasa makan roti atau makanan lainnya dan jajan di kantrin sekolah.

Berdua mereka memasak di dapur dan bersama menghidangkan makanan. Lalu berdua pula mereka mencuci piring bekas periuk dan kuali serta piring da sebagainya di kamar mandi. Ketkka mata mereka beradu, Daud sengaja memberikan senyum kepada adiknya adar suasana tidak kaku. Tapi Siti malah tertunduk. Daud mencari akal, bagaimana mencairkan suasana agar tidak kaku. Ketika Siti membawa cucian ke rak piring, saat itu, Daud datang dan memeluk adiknya dari belakang. Siti diam saja dan meneruskan menyusun piring pada rak piring.

"Kamu marah, Ti?"
"TIdak. Tapi tadi malam kok kita bisa tidur telanjang berdua, ya" tanya Siti yang jawabnya dia sendiri tentunya sudah tau.
"Sudah tak usah dipikirkan. Yang penting, tak seorang yang boleh tau," kata Daud.
"Betul? Abang tidak cerita pada siapa-siapa kan?" kata Siti.
"Sumpah. Aku tidak akan cerita," jawab Daud.
DIablikkannya tubuh Siti, hingga mereka sudah saling berhadapan. Dipeluknya tubuh adiknya itu dan diciumnya kening Siti. Siti membalas pelukan Daud. Suasana, kini sudah mencair. Daud bahagia sekali. Rupanya, Siti takut, kalau-kalau Daud akan bercerita atas kejaidan tadi malam.

Seusai belajar di kamar Daud (karean di kamar itu ada komputer dan meja belajarnya juga besar), mereka menyusun buku-buku ubntuk besok.

"Kamu tidur di kamarku lagi, ya," kata Daud. Siti tak menjawab. Dikembalikannya buku dan tasnya ke kamarnya. Daud merebah diri dikasurnya. Beberap amenit kemudian, terdengar suara pintu terbuka dan Siti muncul, lalu menutup pintu dan menguncinya. Siti merebahkjan diri di samping Daud. Daud langsung memeluk Siti dan mencium bibirnya. Mereka sudah saling melumat, memeluk dan mengelus. Daud menghentikannya sejenak. Dia berdiri dan membuka semua pakaiannya. Setelah dia telanjang di kamar yang lampunya tidak dimatikan, Siti melihat jelas tubuh Daud yang telanjang. Daud mendekati Siti lalu membuka pakaian Siti satu-persatu. Siti tidak menolak, tapi dia tertunduk malu. Setelah semuanya terlepas dari tubuh mereka, Daud kembali memeluk Siti. Dijilatinya susu Siti bergantian. Dielusinya pagina yang ditumbuhi bulu masih beberapa lembar itu. Keduanya sudah berada pada alam bawah sadar. Sep3erti yang pernah ditonton Daud pada BF, dia praktekkan kepad adiknya Siti. Daud menjilati pagina Siti setelah mengangkangkan kedua paha itu lebar-lebar. Siti menggelinjang.

"Baaaannggg...apa enggak jijik njilati memek Siti?"
"Ohhh...baaaanggg...enaaaakkkk " Siti berbisik.
Daud amembalikkan tubuhnya. Kini penisnya berada di wajah siti. Dimintanya Siti menjilati dan mengulum penisnya sedang dia sendiri terus menjilati pagina Siti. Daud kembali membalikkan tubuhnya. Dia sudah berada di antar kedua paha SIti. Diarahkannya penisnya ke lubang pagina Siti. Perlahan-lahan dia dorong penis itu menusuk liang pagina Siti.

"Aduuuhhh...pelan Bang..."
Daud menahan sejenak tusukannya. Kemudian dia lanjutkan lagi. Berulang-ulang hal itu dilakukannya, hinga kini semua penisnya sudah hilang tertelan pagina Siti. Daud memaju-mundurkan penisnya di dala liang pagina Siti. Makn lama makin cepat. Keduanya saling memeluk erat dan erat. Keduanya saling mendesah dan mendesah. Kedaunya orgasme dan merasa nimmat.
Sejak saat itu, mereka terus menerus melakukan senggama dengan berbagai gaya.
Kakak Tersayang - 2
Keesokan harinya, gue terbangun. Begitu terbangun yang pertama kali mampir dipikiran gue ya tentu aja kejadian malam sebelumnya. Langsung kalut otak gue. Kepengen rasanya tidur lagi, tidur terus tanpa perlu bangun. Gue lirik jam, udah hampir jam 1 siang, busyet lama juga gue tidur. Gue coba bangkit, alamak, lemeeees banget, seluruh persendian rasanya mo copot. Tapi perut gue yang mulai keroncongan memaksa gue untuk bangun. Gue duduk, ngantuk mulai hilang, pikiran mulai segar, tapi keresahan mulai datang. Takut, resah, gelisah, gundah, gulana, komplit jadi satu. Mulai terbayang berjuta masalah didepan mata, dan gue gak cukup punya modal untuk menanggung beban seberat ini. Shock berat gue waktu itu. Biasanya kalo ada masalah apapun gue ngadu ke Kakak gue, tapi sekarang yang justru jadi masalah adalah Kakak gue sendiri. Lha gue ngadu ke siapa lagi donk ? Ngadu ke orang laen ya sama aja menyerahkan leher buat dipenggal.Yang jelas hubungan kakak-beradik yang sekian belas tahun terbina rusak total. Luntur begitu gue memasuki tubuhnya, menyebarkan benih gue sendiri di rahimnya. Berubah 180 derajat. Dia Kakak gue, tapi gue sudah pernah menikmati tubuh mulusnya, dan diapun demikian. Gue merasa diri gue kotor banget. Padahal gue cuman punya Kakak 1 biji, sekarang statusnya udah gak jelas. Rasanya gue udah nggak punya siapa2 lagi didunia. Gue gak bisa ngebayangin bagaimana harus bersikap kalau nanti ketemu dia ? Benar-benar nggak ada muka gue. Apa gue langsung bersujud memohon maafnya, kalau perlu pake acara nangis segala biar lebih meyakinkan. Atau gue diam aja, pasrah menunggu nasib, terserah dia deh, gue rela mau diapain juga. Gue juga nggak tau bagaimana sikap dia nanti, dia pasti shock juga. Gimana ya kalo nanti dia marah, ngambek. Kakak gue itu jarang banget marah, paling kalo gue bandel, diomelin dikit aja, tapi kalo sekalinya marah...... wah gue takut deh kalo dia marah. Bukannya takut sih, cuman nggak enak aja. Dicuekin, gak ada yang peduliin gue. Tapi biar bagaimanapun juga, yang pasti hubungan kami berdua tidak akan pernah kembali seperti sediakala. Itu sudah jelas. Itu pil pahit yang harus ditelan.Lama gue merenung dan merenung ditempat tidur. Berjuta bayangan dan pertanyaan berkecamuk di kepala. Juga bayangan kejadian kemarin malam, tapi langsung tertepis sama perasaan risau gue. Kalo bisa mah gue maunya tinggal terus dikamar ini, nggak usah keluar. Tapi perut gue protes minta diisi dan gue bosen juga disini menunggu nasib, ah masa bodo lah gimana nanti aja. Gue dengarkan baik-baik suasana diluar. Sepi. Nggak ada suara kakak gue, nggak ada suara sibuk dari dapur, nggak ada suara tape atau TV. Hening. Kemana ya dia, apa belum bangun juga ? Apa juga lagi bingung dikamarnya ? Perlahan gue bangkit dan mengintip dari celah pintu. Kamar gue dan Kakak ada di lantai atas, jadi leluasa melihat ke ruang keluarga dan dapur dibawah. Benar-benar sepi, gak ada orang sama sekali. Pembokat siang begini pasti ada di kamarnya, dibangunan sebelah luar. Dengan mengendap-endap bak maling ayam, gue keluar kamar, berusaha tidak mengeluarkan suara. Gue intip lagi kebawah, yess, aman. Terus gue berjingkat-jingkat menuju pintu kamar Kakak, pas disebelah kamar gue. Gue berhenti disana dan mendengarkan untuk beberapa lama. Lama ...., wah kayaknya Kakak nggak ada dikamar nih, nggak ada suara aktivitas disana. Masih pelan-pelan, gue turun kebawah, melongok ke garasi, mobil nggak ada. Pasti Kakak gue pergi nih. Amaaaaaaannnnn, cihuuuuyyy lega banget rasanya, seperti merasakan hukuman mati yang tertunda.Gue langsung menuju meja makan, dan tertegun gue disana, ada sepiring nasi goreng sosis yang udah dingin, ini nasi goreng buatan Kakak, pembokat gue soalnya nggak pernah masak nasgor, dia paling2 masak kalo mau sore, soalnya rumah ini kalo siang kosong. Aduh, dia masih perhatiin makan gue, mau nangis gue rasanya, berjuta penyesalan kembali bersarang didada. Kemana ya dia ? Gue yang tadi udah kelaparan, jadi malas-malasan makannya.Seharian gue bengang-bengong aja nggak ada kerjaan. Hari mulai malam, dan belum ada tanda-tanda Kakak gue pulang. Makin malam, gue makin khawatir, aduh jangan-jangan dia kenapa-kenapa lagi. Gue aja merasa shock dan terpukul atas kejadian ini, apalagi dia. Hati cewek kan lebih sensitive. Udah gitu dia juga dalam kondisi labil lagi, kemudian ditambah dengan kejadian ini. Jangan-jangan dia pulang mabok lagi, terus ntar gue dapat jatah lagi, asyik juga kali ya. Hushhh.... gue langsung tabok kepala gue sendiri. Keadaan kayak begini masih sempat-sempatnya ngeres. Tadinya gue senang dia nggak ada dirumah, tapi sekarang gue kepengen dia cepat-cepat pulang. Berulang kali gue raih gagang telpon, mau telpon HP-nya. Tapi selalu nggak jadi, ntar mau ngomong apa coba ? Tapi tiap ada suara mobil, jantung gue serasa mau copot, gue kalang kabut sendiri, aduh gimana nih, jangan-jangan itu Kakak, gue mo ngumpet dimana nih ? Apa pura-pura tidur, apa pura-pura sakit, atau pura-pura gila aja sekalian. Gue jadi serba salah. Karena capek nunggu dan capek fikiran, akhirnya gue ketiduran di sofa ruang tengah.Kira-kira lewat tengah malam gue terjaga. Masih setengah tidur, samar-samar gue dengar ada seperti suara orang menangis disebelah gue, terisak pelan. Merinding bulu gue, hah... siapa nih ? Jangan-jangan Kakak gue, tapi gimana cara dia masuk, jangan-jangan setan lagi. Gue udah mulai ngaco. Pelan-pelan gue lirik, ternyata benar Kakak gue, kayaknya tadi pintu belon gue kunci. Dia duduk dibawah di karpet tepat disamping gue. Bersender di meja, memeluk lututnya, wajahnya tertunduk rapat ke kakinya. Suara isaknya samar terdengar. Waduh, dia dah pulang, nah lo gimana nih, gue gak bisa kabur lagi, gue mulai panik, ah.. gue pura-pura tidur terus aja. Lama... gue diam, pura-pura tidur, tapi gue kasihan juga, dia tetap duduk disana dan masih terisak. Nggak tega gue, dan lagi ini memang harus dihadapi. Gue kuatkandiri."Eh, Kak, udah pulang ?" pertanyaan yang tolol banget, ya terang aja udah pulang. Suara isaknya hilang. Gue langsung duduk, menunduk, diam, gak tau lagi mo ngomong apa. "Tom, maafin gue.... maafin Kakak Tom", tiba-tiba dia ngomong, masih dengan muka tertunduk, dan kemudian tangisnya mulai pecah. "Gue salah, gu.. gue kilaf Tom, gue gak sadar kemaren", dia berkata terbata-bata disela tangisnya. "Gue jahat, jahaaat ...., tega-teganya gue sama kamu, tega-teganya gue ngerusak hubungan kita", "Gue malu banget sama kamu"... "Gue, kakak apaan, ngerusak adeknya sendiri, padahal kamu baek banget, ... gue gak pantes jadi kakak kamu", suaranya makin lirih dan tangisnya makin kencang, sesekali dia mengangkat wajahnya, menghapus air matanya. "Padahal gue janji sama Mama, mau...mau ngejagain kamu, tapi sekarang... sekarang...". Kata-katanya gak diterusin lagi, disambung tangisnya yang makin menjadi. Belum pernah gue dengar orang dewasa nangis seperti itu. Kakinya makin dirapatkan, mukanya makin menunduk, gak berani melihat gue, pundaknya terguncang-guncang seirama tangisnya. Seperti anak kecil yang sedang merajuk. Aduh gimana nih, gue paling gak tahan ngelihat cewek yang nangis, apalagi Kakak gue sendiri. Ibaaaa banget gue ngelihat dia. Yang ada waktu itu cuman rasa sayang dan kasihan melihat dia begitu menderita dan tertekan. Gue diam aja, lidah gue kelu, gak tau harus ngomong dan berbuat apa. Daripada diam begini gue mendingan ikutan nangis kali ya ?"Tom... please, ngomong donk, marahin gue kek, apa kek, jangan diam aja...", untuk pertama kalinya dia mengangkat wajah dan menatap gue, matanya sembab, wajah cantiknya tampak begitu letih, kayaknya dia udah nangis seharian. Akhirnya gue bergeser dan ikutan duduk dibawah, bersender di sofa. "Udahlah Kak, yang udah ya udah, habis mo gimana lagi, udah terlanjur, udah kejadian. Gue juga salah, kita sama-sama salah, maafin gue juga ya Kak", kata gue sok dewasa. "Yang jelas gue gak marah kok, bener deh", terang aja gak marah, orang enak kok. "Kakak ya tetap kakak gue, gak berkurang sedikitpun, udah jangan nangis lagi donk ya, gue gak tahan ngelihatnya", kata gue membujuk sambil narik-narik kaki jeansnya. Gue kepengen peluk dia saat itu, menenangkan dia, dia sekarang butuh support bukan malah disalahkan. Dia juga kayaknya kepengen memeluk gue, tapi masih ada rasa rikuh diantara kami akibat kejadian kemarin malam. eberapa saat lamanya dia masih menangis dan menceracau menyalahkan dirinya, dan gue terus berusaha membujuknya. Dan akhirnya tangisnya mereda setelah gue berhasil meyakinkannya bahwa gue gak marah dan maafin dia. Setelah itu dan beberapa hari kemudian, hubungan kami agak tersendat, ya tentunya gak seperti dulu lagi, masih ada tersisa rasa rikuh kalo ketemu. Memang sih setelah pembicaraan malam itu perasaan gue plong banget, nggak deg-degan lagi, tapi memang masih ada gap, komunikasi masih jarang terjadi. Kalo nggak perlu-perlu amat, gue masih segan ngomong sama kakak gue. Dia juga begitu. Kalo ngomong juga singkat-singkat aja, seperlunya. Nggak ada canda tawa seperti dulu. Kejadian malam itu juga nggak pernah diungkit-ungkit lagi. Kalo gue lagi nonton TV, kakak gue dikamar aja, juga kalo dia yang nonton TV, gue jadi nggak enak mo ikutan nonton. Yang nyebelin kalo kebetulan acara TV lagi bagus, nah siapa yang duluan deh tuh. Tapi sekarang timbul problem baru buat gue. Gue sekarang memandang kakak gue dari sisi seksualitasnya. Terbayang kembali kemolekan tubuh putih mulusnya, geliatnya, desahannya, kenikmatan berada didalam tubuhnya. Hal itu juga yang membuat gue segan sering-sering ketemu kakak gue, apalagi kalo dia mau berangkat kuliah, wuihhh .... wangi tubuhnya merangsang banget, yang ada si Junior gue ini gak mau diajak kompromi, dia seenak jidatnya aja ereksi setiap saat, dia menuntut perbaikan gizi seperti tempo hari, ogah katanya kalo makan sabun lagi, gengsi, turun derajat. Gue udah coba kasih pengertian, bahwa kemaren itu dia salah makan, tapi tetap aja dia menuntut dikembalikan kepada habitatnya. Benar kata orang, kalo udah nyobain gituan sekali pasti ketagihan. Makanya buat elo yang belon pernah, nggak perlu dicoba deh, sakaw nya itu lho yang gak tahan.Kira-kira tiga mingguan setelah kejadian itu, komunikasi kami agak lebih baik sedikit. Udah mulai sering ngobrol, udah mulai ada ketawa walaupun sedikit. Nah pagi itu, waktu lagi sarapan, kakak gue ngomong, "Tom, jalan yok, temenin gue ke Playan, biasa belanja, ntar gue traktir nonton deh", gue sebenarnya paling malas nemenin dia belanja, habisnya kalo udah belanja bisa semua toko dimasukin, gempor kaki gue. Tapi gue pikir dia sedang berusaha memperbaiki suasana, ya udah gue ikut aja, lumayan lagi ditraktir.Seharian itu kita muter-muter di Plaza Senayan, belanja, nonton, adu kebut-kebutan di Sega, makan, menyaksikan jam raksasa yang berdentang tiap jamnya. Kami mulai akrab lagi, gue senang karena dia udah mulai sering senyum, ketawa, kadang-kadang jahilnya kumat lagi. Seperti biasa dia menggandeng tangan gue, seenaknya dia nyeret gue kemana dia suka. Keakraban seperti dulu kembali tercipta, ditambah karena selama ini kita jarang ketemu dan jarang komunikasi, jadi timbul rasa kangen, dan mungkin juga karena dia udah nggak punya cowok lagi, jadi rasa sayang dan manjanya sepenuhnya ditumpahkan ke gue. Gue rasa juga karena kita sudah pernah berhubungan sangat intim, sangat pribadi, jadi udah nggak ada penghalang lagi antara kita, nggak ada rahasia lagi, dua-duanya udah saling tahu dari ujung rambut sampe ujung kaki. Dan itu menambah keakraban kita. Tambah sayang gue sama dia, mungkin gue malu untuk bilang bahwa gue sebenarnya mulai jatuh cinta sama Kakak gue. Dia terlihat begitu cantik dimata gue. Gue juga nggak tau kenapa ada perasaan seperti itu, tengsin juga sih sama diri sendiri, jatuh cinta kok sama kakak. Tapi ya perasaan nggak bisa berbohong. More than bloodhood, more than lover, more than friend, Dan pulangnya akumulasi perasaan itu tertumpah, kejadian tiga minggu lalu terulang lagi, juga di kamarnya ketika gue membantu membawakan belanjaan, entah siapa yang mulai duluan tahu-tahu kita udah berciuman, gue kembali merasakan bibir hangatnya, hanya kali ini lebih lembut tidak tergesa-gesa. Kami berpandangan, dan kayaknya dari situ udah nggak perlu ngomong apa-apa lagi, gue waktu itu horny banget, mana seharian ada didekat dia lagi. Kakak gue pun kayaknya mengerti keinginan gue. Sekarang semuanya kami lakukan dengan penuh kesadaran. Setelah melakukannya sekali, melakukan untuk kedua kali gampang banget. Kami sudah di ranjang dengan tubuhnya menghimpit tubuh gue, kemudian satu persatu pakaian terlepas, beterbangan gak tau kemana, kemeja putihnya, kaos gue, bra hitamnya, jeans, dan begitu lembar terakhir terlepas, tubuh polos kami saling berpagutan dengan panasnya seperti menumpahkan perasaan selama ini. Gue cium bibirnya habis-habisan, lidahnya menyusup liar ke mulut gue, ciuman turun ke leher, telinga, nafasnya terengah-engah, dia mulai mendesah, dan mulut gue mulai bermain di kedua payudaranya yang putih kencang dengan puting kecil mencuat, lenguhannya langsung terdengar dan tangannya mulai menjambak rambut gue begitu gue mengulum dan menghisap putingnya. Gue beranikan diri meraba selangkangannya yang ditumbuhi rambut yang lebat, rambut itu terus membayang sampai ke perutnya, dan rintihannya mengalun ketika ujung telunjuk gue masuk ke balik bibir vaginanya, lembut dan basah, dia hanya menggigit bibirnya berusaha menahan sensasi nikmat yang dirasakannya. Tubuh kami mulai basah keringatan, sisa wangi parfumnya bercampur aroma tubuhnya, aroma tubuh seorang wanita, benar-benar memabukkan gue. Aktifitas jari gue semakin leluasa karena makin lama makin licin. Tiba-tiba dia melepaskan ciumannya dan melenguh panjang sambil memanggil nama gue, matanya terpejam, tubuhnya menegang, dan jari gue terasa dibanjiri oleh cairan tubuhnya, hmm... rupanya dia sudah sampai puncaknya. Setelah itu tubuhnya mulai relax, nafasnya terengah-engah, dia membuka matanya menatap gue, pandangannya nanar. Kemudian dia mendorong tubuh gue, sekarang gantian dia menghimpit tubuh gue, penis gue tertindih perutnya, sambil membelai rambut gue dia mencium seluruh wajah gue, kening, mata, hidung, pipi, dan terakhir dia melumat bibir gue dengan penuh perasaan menyiratkan rasa sayangnya. Lama... kemudian dia melepaskan ciumannya, menatap gue sebentar, dan ciumannya turun ke dada gue sementara jari-jari lentiknya menggengam dan mengelus si Junior, sensasinya gila-gilaan, gue cuman bisa meringis sambil mengelus kepalanya dan mempermainkan buah dadanya, gila nih Kakak gue, kalem diluarnya doank, diranjang aktif banget. Tadinya gue berharap dia mengulum si Junior, nikmat banget kali ya, tapi gak jadi, nggak tau deh masih malu kali. Nafasnya sudah mulai memburu lagi, lalu dia membalikkan badan dan menarik badan gue. Dia minta dimulai. Gue tindih tubuhnya sambil dia memperbaiki posisi tubuhnya agar senyaman mungkin, dia membuka kakinya dan gue tepat berada ditengah, gue mulai mengarahkan penis gue, sekarang udah tau donk tempatnya. Bertemu dengan bibir vagina luarnya, dia mengalungkan tangannya keleher gue dan menatap mata gue, matanya sayu, wajahnya keringatan, kemudian perlahan gue dorong memasuki relung tubuhnya yang paling rahasia. Seirama dengan masuknya gue, matanya membalik keatas dan rintihan nikmatnya terdengar jelas. Susah juga masuknya, sedikit-sedikit, yang dulu itu gue nggak perhatiin banget sih tau-tau udah masuk aja. Gue cium bibirnya dan terus gue dorong, pas ketika mentok gak bisa masuk lagi dia menggigit bibir gue, aduh... sakit juga, sampai gue mengerang baru dilepasin. Pelan-pelan gue pompa keluar masuk, ranjang itu kembali berderit-derit menahan tubuh kami, kembali rintihan, desahan, dan lenguhan khas Kakak gue terdengar memenuhi kamar, makin lama makin keras, tubuhnya menggeliat dalam pelukan gue, kadang-kadang dia mengangkat kepalanya, menggigit pundak gue, kadang-kadang dia menjerit kecil kalau gue menekan terlampau dalam. Dan gak lama, beberapa saat kemudian, rintihannya makin keras, dan cairan tubuhnya terasa semakin banyak, tubuhnya melenting kaku dan dari mulutnya keluar suara seperti orang sekarat, dia tengah dibuai puncak kenikmatan, wajahnya benar-benar cantik pada saat itu, bahagia gue rasanya bisa memberikan kenikmatan seperti itu buat dia. Setelah didera depresi sekian lama, sepertinya ini semacam pelepasan buat dia. Bagian dalam tubuhnya menjepit keras dan berdenyut-denyut, gue gak tahan lagi dan melepaskan semuanya, banyak banget sampe terasa banjir, semua beban pikiran gue selama ini seperti ikut terbuang, gue melayang dan kolaps diatas tubuhnya.Nafas kami memburu, rasanya gue gak kuat bangkit, gue tetap berbaring diatas tubuh Kakak gue, diapun membiarkan saja, tangannya masih memeluk kepala gue, kayaknya dia juga nyaman dengan posisi seperti itu. Waktu itu rasanya gue sayang banget sama Kakak gue itu. Beberapa saat kemudian, gue membalikkan badan berbaring disampingnya. Kakak mengambil selimut terus menyelimuti kita berdua, pas udah agak sadar begini baru berasa agak-agak malu juga. Kita berdua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. "Tom...", panggil Kakak gue pelan, "Mmm...?", jawab gue males. "Kamu bobo' disini aja ya, nggak usah pindah, temenin gue", katanya. "Mm..mm...", jawab gue males", "Tom...", panggil Kakak gue lagi. "Mmm...?", jawab gue. "Kamu sadarkan tadi melakukan ini ?" tanyanya. "Mm..mm..", jawab gue masih males. "Jawab donk, am em am em melulu ?", katanya sebel. "Iyaaa....", kata gue lagi. "Kok kita bisa jadi begini ya ? Gimana donk ntar-ntarnya ?", tanyanya lagi. Gue diam aja, soalnya gue juga bingung. "Gimana donk Tom... aahh kamu nih ditanyain juga", katanya dongkol. "Ya gimana donk, Kakak aja bingung apalagi gue", kata gue ikutan sebel, soalnya gue udah mulai ngantuk nih. "Gini aja, kita kan udah pernah terlanjur melakukannya, hubungan kita udah keburu rusak, karena itu ya gampang aja buat melakukan yang kedua, yang ketiga dan seterusnya, menurut gue melakukannya sekali apa seribu kali ya sama aja selama nggak ada yang keberatan, habisnya gimana donk ?", kata gue sok tau. "Huuuu.. maunya kamu seribu kali, enak aja", katanya. Akhirnya dia diam aja, sibuk dengan pikiran masing-masing, karena nggak ketemu jawabannya dan capek akhirnya kami ketiduran juga.
Oh Mama ........ Tak Kusangka
Oh Mama ........ Tak Kusangka

Sebenarnya aku teramat malu untuk menceritakan kejadian tragis ini, bagaimanapun ini rahasia keluarga, aku dan mama. Waktu itu hari Minggu pagi, pertengahan bulan Desember 1988, ketika liburan sekolah semester ganjil, semester pertama setelah di SMU.
Pada hari itu aku diminta mama untuk mengantar ke Solo, katanya ada acara reuni dengan teman-temannya di kota Solo. Dengan sepeda motor pemberian mama sebagai hadiah ulang tahun ke-17 juga sebagai hadiah aku diterima di salah satu SMA negeri bonafid di kabupaten, aku antar mama ke Solo, tepatnya di kota Palur.
Sesampainya di tujuan, sudah banyak teman mama yang hadir. Mereka datang berpasangan (mama sudah menjanda ketika aku duduk di kelas II SMP, papa tertanggap menghamili gadis tetangga). Semula aku kira mereka pasangan suami istri atau ibu dengan puteranya sepertiku, namun lama-lama aku menjadi sangsi. Bagaimana tidak, meskipun selisih usianya cukup jauh tapi mereka tampak begitu mesra. Bahkan ketika mama memperkenalkan aku kepada teman-temannya sebagai anaknya, mereka semua tidak percaya, malah-malah mereka bilang mama hebat dalam memilih pasangan. Beberapa lelaki, yang semula aku anggap suami-suami mereka, banyak yang memberi semangat kepadaku. Menurut mereka, aku merupakan lelaki yang beruntung bisa mendapatkan cewe seperti mama, selain cantik, muda dan tidak pelit namun yang lebih penting duitnya banyak.
Sebenarnya aku malu, marah dan kesal. Bagaimana tidak marah, mereka tetap tidak percaya kalau aku anak mama yang sebenarnya. Namun demi melihat mama hanya tersenyum saja, aku tak menampakkan kesemuanya itu.
Dalam perjalanan pulang mama baru cerita semuanya kalau sebenarnya mereka bukan suami istri atau ibu dengan anak-anaknya, mereka merupakan pasangan idaman lain (PIL). Mama juga cerita mengapa tadi hanya tersenyum waktu mereka bilang aku pasangan mama dan hanya sedikit membela diri bahwa aku anaknya yang sebenarnya.
Menurut mama susah menjelaskan kepada mereka kalau aku anak mama yang sebenarnya, karena dihati mereka sudah lain. Mama juga cerita kenapa mengajak aku untuk mengantar ke acara tersebut, selain aku libur juga mama akan susah menolak seandainya nanti lelaki (gigolo) yang mereka tawarkan kepada mama jadi datang. Selama ini sudah sering mama diolok-olok oleh mereka. Mama dikata sebagai janda muda yang cantik dan punya uang tapi kuper. Dan jadwal selanjutnya, tahun baru (siang) di yogyakarta, di rumah Tante Ina.
Dua minggu sejak pertemuan di Solo, Tahun Baru pun datang, 1 Januari 1989. Dengan sepeda motor yang sama aku antar mama ke rumah Tante Ina di yogyakarta. Sengaja untuk acara ini aku minta mama untuk membeli beberapa pakaian, aku tidak terlalu kalah gengsi dengan cowok-cowok mereka. Sesampainya kami di di rumah Tante Ina, teman-teman mama sudah banyak yang datang lengkap dengan centheng-centhengnya. Ketika datang kami disambut dengan peluk dan cium mesra.
Rumah Tante Ina cukup besar dan luas, cukup untuk menampung lebih dari 30 orang. Acara dibuka dengan sambutan selamat datang dan selamat tahun baru dari tuan rumah, dilanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya acara biasa “ngerumpi”. Entah usul dari siapa, diruangan tengah menyetel VCD porno. Kata mereka biasa untuk menghangatkan suasana yang dingin karena musin hujan.
Bisa dibayangkan bagaiaman perasaanku, diusia ke-17 dikala tingkat birahi sedang tumbuh menyaksikan kesemuanya ini. Mamapun juga tampak kikuk terhadapku, terlebih ketika Tante Astuti dan pacarnya tampak asyik bercium mesra disampingku dengan tangannya yang gencar menjelajah dan suaranya yang cukup berisik. Dan diantara kegelisahan itu, Tante Ina membisikkan kepada kami kalau mau boleh menggunakan kamar diatas. Sambil menyerahkan kunci dia ngeloyor pergi sama pacarnya. Aku dan mama hanya tersenyum, tapi ketika aku toleh di sekeliling sudah kosong, yang ada tinggal Tante Melani dan Tante Yayuk beserta pasangan mereka masing-masing, dimana pakaian yang mereka kenakan juga sudah kedodoran dan tidak lengkap lagi. Dengan rasa jengah mama mengajakku ke lantai atas.
Di lantai atas, di kamar yang disediakan untuk kami, tidak banyak yang dapat dilakukan. Kasur yang luas dan kain sprei yang berwarna putih polos hanya menambah gairah mudaku yang tak tersalurkan. Mama minta maaf, kata mama kegiatan semacam ini tidak biasanya diadakan waktu siang hari, dan baru kali ini mama ikut didalamnya (biasanya mama tidak hadir kalau acara malam hari). Sewaktu akan keluar kamar mama sengaja membuat rambutnya tampak awut-awutan (biar enggak ada yang curiga, katanya).
Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib acara selesai. Pertemuan selanjutnya dikediaman Tante Astuti di Solo, bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti yang ke-42. Sejak acara mendadak di rumah Tante Ina, selama dalam perjalanan pulang, mama tak banyak bicara. Kebekuan ini akhirnya cair waktu kami istirahat isi bensin.
Satu hal yang tak dapat kulupa dari mama, ketika akan keluar kamar atas tidak tampak penolakan mama waktu aku sekilas mencium pipi dan bibirnya serta waktu akan pamitan pulang mama juga tampak santai ketika tanganku sekilas meremas buah dadanya. Ketika aku tanyakan semua ini, mama hanya tersenyum dan mengatakan kalau aku mulai nakal.
Sehari menjelang pertemuan di rumah Tante Astuti mama tanya sama aku, mau datang apa enggak karena malam hari dan takut hal-hal seperti dirumah Tante Ina yang lalu akan terulang. Karena bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti aku sarankan hadir, masalah yang lalu kalau memang harus terjadi yach itung-itung rejeki, kataku sambil berkelakar.
5 Februari 1989 di rumah Tante Astuti suasana hingar-bingar. Maklum Tante Astuti seorang janda sukses dengan seorang putera yang masih kecil. Dalam acara hari ini Tante Astuti sengaja mendekorasi rumahnya dengan suasana diskotik. Dentuman musik keras, asap rokok dan bau minuman beralkohol menyemarakkan hari ulang tahunnya.
Setelah memberikan ucapan selamat dan mencicipi makan malam acara dilanjutkan dengan ajang melantai. Sebenarnya mama sudah berusaha untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, namun permintaan Tante Susan agar mama bersedia berdansa dengan relasi Tante Susan jualah yang membuat mama bersedia bangkit. Tak tega aku melihat kekikukan mama apalagi relasi Tante Susan tampak berusaha untuk mencium mama, serta merta akupun berdiri dan permisi kepada relasi Tante Susan agar mama berdansa denganku.
Kujauhkan rasa sungkan, malu dan grogi. Kurengkuh pinggang mama sambil terus berdansa kuajak ke arah taman untuk istirahat minggir dari keramaian pesta. Dibangku taman bukan ketenangan yang kudapat, justru yang ada Tante Yani dan Tante Sri dengan pasangannya asyik bercumbu mesra. Kepalang tanggung mau kembali ke pesta kasihan mama yang sudah cukup lelah selain tak enak sama mereka karena kalaupun kembali ke dalam harus melewati Tante Yani dan Tante Sri.
Akhirnya mama memutuskan kami tetap dibangku taman sambil menunggu pesta usai. Supaya Tante Yani dan Tante Sri tidak merasa jengah, mama memintaku untuk menciumnya. Awalnya hanya sekedar pipi dan sekilas bibir namun demi mendengar dengus nafsu Tante Yani, nafsu mudaku pun tak dapat kutahan. Tak hanya kecupan, justru pagutan yang lebih dominan dan tanpa sadar entah kapan mulainya, tangan ini sudah bergerilya di dalam baju mama, memeras, memilin dan ….. hingga teriakan nafsu Tante Sri menyadarkan perbuatanku atas mama.
Bercampurlah rasa malu, bersalah dan entah …. pada diri ini, aku mengajak mama untuk segera pamit kepada tuan rumah meskipun Tante Astuti menyarankan kami menginap dirumahnya.
Sesampainya dirumah kutumpahkan rasa sesalku atas perbuatan tak senonohku pada mama. Lagi-lagi mama hanya tersenyum dan mengatakan tak apa-apa, wajar orang lupa dan khilaf apalagi suasana seperti di rumah Tante Yani yang serba bebas. Sambil iseng aku bertanya mengapa waktu itu mama tidak menolak. Kata mama supaya Tante Yani dan Tante Sri tak terganggu apalagi waktu itu aku tampak bernafsu sekali. Oleh mama aku tak perlu memikirkan yang sudah-sudah dan sambil beranjak tidur mama masih sempat mencium pipiku.
Namun bagaimana aku bisa tak perlu memikirkan yang sudah-sudah sementara nafsu sudah bersimaharajalela. Karena tetap tak bisa tidur, dengan terpaksa tengah malam (+ 02.00 wib) kubangunkan mama. Dikamar tengah kucumbu mama, kucium, kupagut dan tangan ini tak terhalang bergentayangan disekujur tubuh mama. Namun tangan ini akhirnya berhenti sebelum sampai pada tujuan akhir, tempat yang teramat khusus.
Pagi harinya tak tampak kemarahan pada wajah mama, sambil sarapan pagi mama malah berkata kalau aku mewarisi sifat-sifat papa yang nakal tanpa menegur kelakuanku tadi malam. Bahkan mama geleng-geleng kepala ketika aku pamit berangkat sekolah kucium bibirnya didepan pintu.
4 April 1989 genap sudah 18 tahun usiaku, hari itu terasa lama sekali menunggu sore. Hari itu aku menunggu-nunggu hadiah ulang tahun spesial yang telah dijanjikan mama. Dua hari yang lalu, aku ditanya mama ingin hadiah apa untuk merayakan hari ulang tahunku. Sudah cukup banyak hadiah ulang tahun yang aku punya seperti : motor atau komputer. Akhirnya aku katakan pada mama, kalau mama tidak keberatan aku mau mama.
Sekilas mama terdiam, ada perasaan tidak percaya atau tidak dapat menerima permintaanku. Aku dikira bercanda lagi dan mama bertanya seebnarnya aku mau hadiah apa, aku bilang pada mama kalau aku tidak bercanda kalau aku mau mama.
Dua hari mama terdiam, dua hari kami tidak bertegur sapa. Aku kira mama marah atas permintaanku terdahulu. Pagi hari tadi setelah sarapan aku minta maaf pada mama atas permintaanku dua hari yang lalu dan sekaligus aku bermaksud menarik permintaanku.
Namun mama berkata lain, bahwa permintaanku dua hari yang lalu akan mama penuhi. Aku nanti malam diminta tidak mengundang teman-temanku dan aku juga diminta untuk mempersiapkan diri. Timbul dihatiku rasa senang, cemas, grogi, bahagia dan entah…. Spontan kucium mama, kucium pipinya, kucium bibirnya dan kucium matanya serta kupeluk erat.
Selepas pulang kerja tadi sore mama tidak keluar dari kamarnya. Baru tepat pukul 21.30 wib bersamaan dengan selesainya acara Dunia Dalam Berita di TVRI mama memanggilku untuk ke kamarnya.
Dengan gemuruh hati yang berdetak keras kuhampiri kamarnya dan kudapati mama di depan pintu dengan tubuhnya terbalut kain sprei. Sambil tersenyum manis mama mencium bibirku dan mulai melepas satu-persatu pakaian yang kukenakan. Tak kudapati wajah keterpaksaan pada mama, bahkan dengan serta merta tangan mama meraba dan mengelus dengan lembut ketika pakaian yang kukenakan tinggal celana dalam saja.
Dengan nafsu dan gairah yang menggelegak kuserang mama. Kucium, kupeluk, kucumbu dan dengan kekuatan prima kuakhiri perjakaku yang disambut mama dengan belitan yang memabukkan, yang menuntuk terus dan selalu terus, entah berapa kali malam itu birahi kutuntaskan.
Ada terbersit rasa bangga, puas dan plong ketika kutemukan mama tertidur pulas dengan bertelanjang dalam pelukanku. Kucium keningnya, namun ketika aku akan bangun mama menahanku dan dengan kelihaiannya mampu membangkitkan lagi gairah birahiku. Dan pagi hari itupun menjadi pagi yang teramat indah. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mama mencium pipi dan bibirku sekilas sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.
Entah mengapa dengan mama aku bisa begitu bergairah, semenjak kejadian di rumah Tante Yani di Yogyakarta yang lalu setiap memandang mama selalu timbul birahiku. Di sekolah tak kurang gadis sebaya yang lebih cantik yang tak menolak aku pacari, namun justru dengan mama birahiku timbul. Tapi harus diakui meskipun mama sudah cukup umur namun memang masih cantik, putih, tinggi, sintal, supel, luwes, berisi dan …..
Semenjak itu, hampir tiada batas penghalang antara aku dan mama. Dimana tempat dan dimana waktu, kalau aku mau mama selalu memenuhi. Dengan mama birahiku tak padam-padam. Setiap acara teman-teman mama selalu menjadi acara luar kota yang sangat mengasyikan dan menjadi acara favorit yang selalu aku tunggu-tunggu.

Sungguh permainan ranjang mama menjadi suatu candu hidupku, sore hari, sebelum tidur, sebelum belajar bahkan sebelum berangkat sekolah pun mama selalu siap. Dengan lemah-lembut, keayuan, kepasrahan, dan naluri keibuannya mama memenuhi hasratku sebagai lelaki.
Hingga kini, ketika istriku tengah mengandung anakku yang ketiga, dimana istri sedang tidak laik pakai, kembali mama sebagai penyelamat saluran nafsuku dan entah sampai kapan lagi kami masih harus begini ………………..